TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suwarso Hatjoasisto, ditemukan tak bernyawa di kamar 1205 Hotel Aston, Jalan Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu pagi, 14 Juni 2015.
Kepala Hubungan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti mengatakan jenazah tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta sekitar pukul 17.00 WIB. "Jenazah langsung dibawa ke rumah duka di daerah Jakarta Pusat," katanya saat dihubungi Tempo, Minggu, 14 Juni 2015.
Sebelumnya diberitakan Suwarso tercatat sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Rifelly meralat informasi tersebut. Dia mengatakan Suwarso merupakan dosen yang masih mengajar aktif di fakultas itu, tapi bukan guru besar. Namun dia belum mendapat informasi lebih jauh perihal mata kuliah dan sudah berapa lama Suwarso mengajar.
Penemuan mayat profesor bermula saat rekannya curiga karena Suwarso tak kunjung datang ke lobi hotel. Hal itu membuat rekannya, Dedi, berinisiatif mendatangi kamar Suwarso yang dalam keadaan terkunci. Setelah beberapa kali mengetuk pintu tanpa ada jawaban, Dedi meminta bantuan petugas hotel.
"Saksi itu (Dedi) meminta pihak hotel membuka pintu kamar Profesor. Saat bersama-sama membuka pintu, ditemukan korban tergeletak di lantai dan sudah tak bernyawa," ujar juru bicara Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Komisaris Andi Husnaeni. Jasad Suwarso lalu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk dipastikan penyebab kematiannya.
Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Ajun Komisaris Besar F. Barung Mangera, menambahkan, pihaknya telah menerima laporan penemuan mayat profesor Suwarso. "Tidak ada tanda-tanda kekerasan sesuai dengan hasil visum, sehingga jenazahnya langsung diterbangkan (ke Jakarta)," ucapnya.
Sementara itu, dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Komisaris Mauluddin, mengatakan pihaknya tidak melakukan otopsi lantaran penyebab kematian Suwarso diyakini murni penyakit yang dideritanya. "Sama sekali tidak ditemukan ada tanda-tanda kekerasan. Kalau penyebab kematian profesor itu, serangan jantung," ujarnya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA| TRI YARI KURNIAWAN