TEMPO.CO, Makassar - Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suwarso Hatjoasisto, 83 tahun, ditemukan tewas di dalam kamar 1205 Hotel Aston, Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, Minggu, 14 Juni 2015, sekitar pukul 09.45 Wita. Suwarso ditemukan tidak bernyawa oleh petugas hotel dan rekannya, Dedi Razak, warga Jalan Hertasning Baru, Makassar.
Juru bicara Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Komisaris Andi Husnaeni, mengatakan tidak didapati tanda-tanda kekerasan pada tubuh Suwarso. Karena itu, jenazah Suwarso akan segera diterbangkan ke Jakarta. "Hasil observasi tubuh jenazah yang dilakukan dokter forensik menyatakan tak ada tanda kekerasan," ucap Husnaeni, Minggu, 14 Juni 2015.
Penemuan mayat profesor itu bermula saat rekannya curiga ada yang tidak beres terhadap Suwarso. Musababnya, sudah cukup lama ditunggu di lobi hotel, Suwarso tak kunjung turun. Hal itu membuat rekannya, Dedi, berinisiatif mendatangi kamar Suwarso yang dalam keadaan terkunci. Setelah beberapa kali mengetuk pintu tanpa ada jawaban, Dedi meminta bantuan petugas hotel.
"Saksi itu (Dedi) meminta pihak hotel membuka pintu kamar Profesor. Saat bersama-sama membuka pintu, ditemukan korban tergeletak di lantai dan sudah tak bernyawa," ujar Husnaeni. Jenazah korban pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk dilakukan pemeriksaan guna memastikan penyebab kematian korban.
Husnaeni menerangkan, mayat Suwarso tidak lama berada di Rumah Sakit Bhayangkara lantaran hanya dilakukan visum. Tim dokter forensik tidak melakukan otopsi karena keluarga korban tidak menginginkan hal itu. Itu sebabnya, Husnaeni mengatakan, jenazah Suwarso dibawa ke Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin untuk diterbangkan ke Jakarta.
Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Ajun Komisaris Besar F. Barung Mangera, menambahkan, pihaknya telah menerima laporan penemuan mayat profesor Suwarso. "Tidak ada tanda-tanda kekerasan sesuai dengan hasil visum, sehingga jenazahnya langsung diterbangkan (ke Jakarta)," ucapnya.
Sementara itu, dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Komisaris Mauluddin, mengatakan pihaknya tidak melakukan otopsi lantaran penyebab kematian Suwarso diyakini murni penyakit yang dideritanya. "Sama sekali tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kalau penyebab kematian profesor itu, serangan jantung," ucapnya.
Mauluddin menuturkan Suwarso merupakan orang yang juga berkecimpung di bidang kedokteran. Selama ini dia mengenal Suwarso sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. "Almarhum adalah profesor sekaligus dokter spesialis bedah," ujarnya.
TRI YARI KURNIAWAN