TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan tim forensik telah menemukan bercak darah Angeline di kamar tidur ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe, dan kamar tidur Agus, tersangka pembunuh Angeline. "Informasi tersebut kami dapatkan dari tim forensik kemarin,” kata Arist saat dihubungi Tempo, Jumat, 12 Juni 2015.
Arist tidak mengetahui jumlah darah yang tercecer di kedua kamar tidur itu. Ia mengaku dalam perjalanan kembali ke tempat kejadian perkara pembunuhan Angeline. Rencananya Arist akan memantau hasil temuan bercak darah serta mencari bukti lain. Bercak darah temuan tim forensik itu, kata Arist, menguatkan dugaan lembaganya yang mencurigai persengkokolan kejahatan yang dilakukan orang dalam di rumah itu.
Sejak awal, menurut Arist, lembaganya menduga ada persekongkolan kejahatan yang dilakukan orang terdekat. Apalagi setelah melihat kondisi jasad Angeline yang ditemukan pada 10 Juni 2015. Menurut Arist, di kepala Angeline ada bekas luka benturan, mulutnya sobek, dan ada pula sejumlah sundutan rokok di beberapa bagian tubuh bocah malang berusia delapan tahun itu.
Kriminolog Universitas Indonesia Arthur Josias Simon mengatakan bukan perkara mudah bagi kepolisian untuk mengungkap misteri kematian Angeline. Sebabnya, kasus pembunuhan bermotif keluarga seperti itu membutuhkan penanganan yang tak biasa oleh penyidik. "Penyidik harus menelisik secara mendalam satu per satu orang di dalam rumah. Kemungkinan mereka jadi pelaku sama-sama kuat," kata Josias.
Dalam kasus tersebut, menurut Josias, penyidik kepolisian juga harus mencari bukti forensik dengan teliti. Sebab, bukti sekecil apa pun bisa menjadi petunjuk penting. Selain itu, penyidik juga wajib membuka pikiran mereka. Penyidik tak boleh hanya berfokus curiga hanya pada satu orang saja. "Sebab kemungkinan orang lain yang jadi pelaku sebenarnya bisa saja terjadi," kata dia.
Jika penyidik hanya mencurigai pembantu rumah tangga sebagai tersangka utama, bisa saja ibu angkat atau penghuni lain ikut terlibat dalam kasus tersebut. Namun Josias tak mau terburu-buru menyudutkan ibu angkat Angeline atau orang lain dalam rumah terlibat dalam pembunuhan. "Walau mungkin saja ibu angkat Angeline terlibat, tapi sejauh apa keterlibatannya menjadi pertanyaan dan pekerjaan bagi penyidik," kata dia.
Mengenai penemuan bercak darah di kamar Margriet dan di kamar Agus, menurut Kepala Polres Kota Denpasar Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana, hal tersebut harus diuji dengan tes DNA. Tes ini untuk meneliti apakah bercak darah tersebut identik dengan darah Angeline. Sudana menegaskan hingga kini status Margriet masih saksi. "Dia juga kooperatif dalam pemeriksaan," kata Sudana, Jumat malam.
Adapun soal kecurigaan yang berkembang di masyarakat tentang peran Margriet dalam kematian Angeline, Bernardin, pengacara Margriet, menyatakan kliennya tidak terlalu ambil pusing dengan opini terebut. "Itu hal yang biasa kalau ada kejadian seperti ini,” ujarnya. Bernardin juga belum melihat adanya pengaruh dari opini publik terhadap proses penyidikan di kepolisian.
INDRA WIJAYA | MITRA TARIGAN | AVIT HIDAYAT | ROFIQI HASAN | BC