TEMPO.CO, Kediri – Trauma terhadap kasus penemuan jenazah dalam mobil yang terbakar di lereng Gunung Wilis, Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, masih membekas di benak penduduk setempat. Untuk menghilangkan bayang-bayang ketakutan itu, mereka menggelar selamatan penolak arwah.
Seorang warga, Triani, rela merogoh kocek untuk biaya selamatan. Meski dilakukan secara sederhana, perempuan penjual kopi ini memotong ayam serta menyediakan menu selamatan ayam ingkung di dekat lokasi penemuan mayat. “Biar arwah korban tenang dan tidak mengganggu,” kata Triani kepada Tempo, Jumat, 12 Juni 2015.
Sejak penemuan mayat pada Rabu malam, 10 Juni 2015, Triani mengaku tak doyan makan. Nafsu makannya hilang karena terus-menerus memikirkan kejadian tragis di samping warung kopinya itu. Sebab, mobil berisi manusia itu terbakar hanya berjarak sekitar 2 meter dari warungnya. Triani sendiri tinggal di perkampungan penduduk yang berjarak sekitar 3 kilometer.
Selamatan itu digelar tepat di samping bangkai kendaraan dengan mengajak warga dan polisi, yang masih menjaga tempat kejadian perkara. Mereka bersama-sama mendoakan agar arwah jenazah diterima di sisi Tuhan dan tidak mengganggu warga. “Saya tidak berani sendirian di warung,” ujar Triani.
Di kawasan itu, hanya terdapat dua warung kopi, termasuk milik Triani. Jaraknya pun hanya berselang 20 meter. Triani dan pemilik warung lainnya tutup setiap pukul 16.00 karena khawatir keburu gelap. Maklum, kawasan yang dekat dengan tempat wisata air terjun itu belum dialiri listrik.
Hingga kini polisi belum berhasil mengungkap identitas korban yang tinggal menyisakan sebagian anggota tubuh itu. Rencananya, hari ini polisi melakukan uji DNA terhadap anak Mahfud, warga Tulungagung yang diketahui sebagai pemilik kendaraan.
Sebab, pada saat yang sama, pengusaha konveksi ini menghilang dari rumahnya. “Kita akan ketahui apakah mayat itu Mahfud atau orang lain setelah uji DNA,” tutur Kepala Kepolisian Resor Kediri Ajun Komisaris Besar Bambang Wijayanto.
HARI TRI WASONO