TEMPO.CO, Banyuwangi - Kedua mata Misyah, 60 tahun, masih basah dan memerah. Semalaman suntuk dia menangisi nasib cucunya, Angeline, yang berakhir tragis.
"Saya belum pernah jumpa dengan Angeline," kata Misyah, nenek Angeline, yang tinggal di Banyuwangi, Kamis, 11 Juni 2015.
Misyah adalah ibu kandung Hamidah, orang tua asli Angeline. Misyah tinggal di rumah berdinding bambu di Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, atau berjarak dua jam dari Kota Banyuwangi.
Terbaru:
Tiga Kecurigaan Menteri Yohana dalam Kasus Angeline
Ini Alasan Hamidah Serahkan Angeline untuk Diadopsi
Misyah bercerita Hamidah sudah meninggalkan Banyuwangi untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Bali sejak berusia 15 tahun. Kemiskinan yang membelit keluarga Misyah membuat Hamidah hanya bisa sekolah hingga kelas 3 SD dan bekerja di usia belia.
Adik Hamidah, Yatimah, bercerita sejak diadopsi oleh Margareth, keluarga di Banyuwangi tak pernah bertemu atau mengenali wajah Angeline. Kerabat Hamidah baru mengetahui Angeline dikabarkan hilang setelah ada tiga anggota Polda Bali turun ke Banyuwangi, sekitar 3 Juni lalu. "Dikira kami menyembunyikan Angeline," kata Yatimah, 21 tahun.
Kabar kematian Angeline pun ramai diberitakan media massa, Rabu kemarin. Sejak pemberitaan tersebut, keluarga Angeline di Banyuwangi terus berduka. Hingga Kamis siang, rumah Misyah pun terus kedatangan tamu. "Kami berharap Angeline dimakamkan di Banyuwangi," kata Yatimah.
Angeline, 8 tahun, ditemukan tewas di halaman belakang rumahnya pada Rabu, 10 Juni 2015. Sebulan yang lalu, Angeline dilaporkan hilang oleh orang tua angkatnya saat bermain di depan rumah.
Baca juga:
Tragedi Angeline: Hilangnya Seprei dan Bau Anyir Tercium Jauh Hari
Tragedi Angeline: Diperkosa, Dibunuh, dan Peran Ibu Angkat
Angeline Diperkosa, Dihajar Benda Tumpul: Pelaku Cuma Satu?
IKA NINGTYAS