TEMPO.CO , Jakarta: Dalam sebuah tayangan video, Angeline, 8 tahun, tampak lincah bermain piano saat balita. Angeline kecil tengah memakai baju putih sambil duduk di kursi. Kakinya menggantung, jemarinya menari sembarangan di atas tuts piano. Sesekali, ia menengok ke belakang melihat ke arah seseorang.
"A-B-C-D-E-F-G. Ayo main, " kata seorang perempuan di belakang Angeline. Adegan ini muncul di sebuah video yang diunggah seseorang bernama Dom Dom, di YouTube, pada Rabu malam, 10 Juni 2015.
Dom Dom, pengunggah video berdurasi 1 menit 2 detik itu, mengklaim berasal dari sukarelawan Safe Childhood. Lembaga asal Inggris ini turut bergabung dalam pencarian Angeline tiga pekan terakhir. Video itu diberi judul: Angeline mahir bermain piano sebelum ditemukan tewas.
Dom Dom mengatakan keluarga Angeline bersyukur atas perhatian masyarakat yang membantu mencari bocah kelas II Sekolah Dasar Negeri 12 Sanur, Bali itu.
"Kami didukung relawan yang sedang mengunjungi Bali untuk berliburan, perwakilan organisasi2 hebat yang melakukan hal-hal menakjubkan di Bali, teman-teman dekat, murid-murid sekolah Angeline, dan bahkan Pak Ronny Sompie (Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie) berjalan-jalan dengan kami," tulis Dom Dom dalam keterangan video itu.
Baca:
Angeline Dibunuh, Polisi Periksa Intensif Tujuh Saksi
Kasus Angeline, Kronologi dari Hilang hingga Meninggal
Ia turut membela keluarga Angeline, yang mengaku stres karena kunjungan pemeriksaan polisi, menteri, dan Komisi Nasional Perlindungan Anak. Ia juga menampik segala tuduhan bahwa ibu angkat Angeline, Margareth, 55 tahun, sengaja menyiksa Angeline.
"Kami tidak bisa mengerti mengapa orang-orang ingin mengatakan tuduhan yang kejam dan tidak benar tentang ibu kami, tapi itu tidak masalah. Hari ini, membuktikan bahwa untuk setiap orang yang jahat, ada dua kali banyak orang baik," ujarnya.
Angeline, menurut Dom Dom, sedang hilang untuk mengubah dunia. "Suatu hari ketika dia sudah besar dia akan melihat bagaimana semua Bali dan seluruh dunia bergabung bersama-sama karena dirinya," kata dia.
Setelah hilang sejak 16 Mei 2015 lalu, akhirnya Angeline ditemukan, Rabu, 10 Juni 2015 sekitar pukul 12.30 Wita. Tapi ia telah tewas. Tragisnya, ia dikubur di pekarangan rumahnya sendiri di Jalan Sedap Malam, Nomor 29, Sanur.
Jasad Angeline tepatnya ditemukan dalam gundukan tanah baru di pojok timur selatan pekarangan di sebelah kandang ayam dan dekat pohon pisang. Dalam gundukan itu ditemukan bungkusan kain yang ada bercak darah dengan bau yang sangat menyengat. Di dalamnya ada mayat Angelina dengan bekas luka jeratan di lehernya.
Angeline diikat menggunakan tali plastik jemuran warna merah marun, menggunakan pakaian Daster Putih. Ironisnya, ditemukan pula sebuah boneka seperti boneka dari Korea. Barang bukti yang disita dari tempat kejadian perkara antara lain adalah skop, cangkul, dan seutas tali plastik.
Polisi menemukan kuburan Angeline setelah tiga kali melakukan pemeriksaan di rumah Telly Margareth, 55 tahun. Margareth dan suaminya, seorang ekspatriat (asing), mengadopsi Angeline sejak bocah itu berumur tiga hari. Margareth juga memiliki dua anak kandung, yaitu Ivon dan Christina atau Kristin. Namun, kedua anak kandung Margareth ini malah tidak tinggal serumah dengan Margareth.
PUTRI ADITYOWATI