TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait curiga bocah mungil perempuan berumur 8 tahun, Angeline, dibunuh keluarga angkatnya sendiri. Kecurigaan itu muncul ketika Arist mengunjungi rumah Angeline di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada 24 Mei 2015.
"Saya lihat kamar tidur ibu angkatnya, tidak ada seprei terpasang dan ruangannya bau anyir," kata Arist saat dihubungi Tempo, Rabu, 10 Juni 2015.
Polisi menemukan jasad Angeline terkubur di bawah kandang ayam di pekarangan belakang rumah ibu angkatnya, Margareth, pukul 10.30 tadi. Polisi curiga melihat gundukan tanah di bawah kandang dekat sebuah pohon pisang. Menurut Arist, pekarangan tersebut sejajar dengan kamar tidur Margareth, yang juga sempat dikunjungi Arist.
Baca juga:
Kasus Angeline, Kronologi dari Hilang hingga Meninggal
Jasad Angeline Ditemukan Sedang Memeluk Boneka
Twitter Banjir Ungkapan Duka untuk Angeline
Pada malam itu, Arist tidak sempat meninjau pekarangan belakang rumah karena dihalangi oleh Margareth. "Selain karena gelap, ibu angkatnya sengaja menutup-nutupi supaya kami tak ke sana," ujarnya. Margareth juga menghalangi polisi masuk ke kamar khusus dekat pekarangan.
Jasad Angeline ditemukan membusuk terbungkus sebuah kain, seperti seprei, dan tangannya memeluk boneka. Arist curiga seprei itu adalah seprei kasur tempat Angeline biasa tidur bersama ibu angkatnya.
Menurut Arist, kondisi rumah Margareth sangat tak layak huni. Sejumlah perabot tak tertata rapi. Kotoran anjing dan ayam tersebar di mana-mana. Di rumah itu, Margareth memang memelihara beberapa ekor anjing dan ayam. Angeline tinggal bersama Margareth; Susiana, yang mengaku mengontrak di sana; dan Antonius, pembantu rumah tangga.
Arist meminta polisi segera membuka hasil otopsi jasad Angeline dan mengungkap pelaku pembunuhan ini.
PUTRI ADITYOWATI
SIMAK INDEKS BERITA TERBARU LAINNYA