Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Benci tapi Rindu: Pasang-Surut Hubungan Sukarno-Cindy Adams

Editor

Bobby Chandra

image-gnews
(kiri) Cindy Adams saat diwawancarai Tempo di Jakarta, 2014. (kanan) Cindy Adams di New York, 1980an. Tempo/Aditia Noviansyah;Dok.Perpsutakaan Nasional
(kiri) Cindy Adams saat diwawancarai Tempo di Jakarta, 2014. (kanan) Cindy Adams di New York, 1980an. Tempo/Aditia Noviansyah;Dok.Perpsutakaan Nasional
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta: Bulan Juni adalah bulan milik Sukarno. Presiden Indonesia pertama itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dan tutup usia di Jakarta pada 21 Juni 1970. Cerita hidup Sukarno tertuang dalam beragam judul buku. Namun judul buku paling terkenal justru ditulis oleh jurnalis wanita Amerika Serikat, Cindy Adams.

Cindy menulis buku legendaris Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia). Ia dipercaya Sukarno menuliskan perjalanan hidupnya. Sesuatu yang zaman itu membingungkan banyak orang, karena pers Amerika kala itu dikenal ganas kepada Sukarno.


Sementara Sukarno sendiri tengah galak-galaknya mengumandangkan anti-imperialisme. Tapi justru kepada bekas pemandu sorak di Andrew Jackson High School, St Albans, Long Island, ini Sukarno seolah-olah tak menyembunyikan segala sesuatu, termasuk hal-hal personalnya. Buku itu menjadi sangat populer karena menceritakan seorang Sukarno yang penuh warna.

Cindy pertama kali bertemu dengan Sukarno pada 1961 di Istana Merdeka. Saat itu ia bekerja di NANA—North American Newspaper Alliance. Ia ikut rombongan kesenian Amerika yang dipimpin suaminya, Joey Adams, komedian yang ditunjuk John F. Kennedy mengepalai kunjungan seni keliling Asia.

Saat kembali ke negerinya, Cindy dihubungi oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Mereka mengabarkan bahwa Presiden Indonesia mengundang Cindy datang untuk menuliskan kisah hidupnya. Sejak itu, hidup Cindy terbagi antara Jakarta dan New York.

Proses penulisan berlangsung antara 1961 dan 1964. Cindy menginap di Hotel Indonesia sebagai tamu negara. Tiap pagi ia ke Istana, melakukan wawancara seraya menikmati kopi tubruk. Buku itu terbit pada 1965, sebulan setelah peristiwa 30 September. Penerbitnya The Bobbs-Merrill Company Inc, New York.

Proses penulisan tak berjalan mulus. Cindy bertengkar dengan Sukarno menjelang penerbitan buku Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams. Sukarno mendadak berubah pikiran setelah membaca manuskrip otobiografinya.

Sukarno tak ingin buku itu ditulis dengan model penulisan kalimat "saya", yang berarti dia sendiri yang secara langsung mengisahkan riwayatnya kepada pembaca. "Saya sudah putuskan saya tak menginginkan otobiografi ini. Aku ingin sebuah biografi. Tulis ulang!" kata Sukarno.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Itu tidak mungkin," ujar Cindy. Dia beralasan, sejak awal, mereka telah sepakat menulis otobiografi. Dia juga sudah menandatangani kontrak dengan berbagai penerbit dunia untuk sebuah buku otobiografi. "Butuh waktu enam bulan siang dan malam menulis di rumah untuk manuskrip yang kuserahkan kepada Anda," kata Cindy.

Pertengkaran terus berlanjut sampai akhirnya Cindy mengaku bahwa dia khawatir akan kehilangan muka di hadapan para penerbit. Sukarno pun melunak, bahkan atas desakan Cindy hari itu pula Sukarno menandatangani surat persetujuan penerbitan buku otobiografi tersebut.

Ada yang mengatakan Cindy masa-masa itu dimanfaatkan oleh Howard Jones, yang bagi banyak orang adalah duta besar yang dekat dengan Badan Intelijen Amerika (CIA). Kala itu terjadi krisis hubungan antara Sukarno dan Amerika. Howard Jones membutuhkan seorang Amerika yang bisa menyenangkan Sukarno dengan membuat otobiografinya. Ia juga dibutuhkan untuk melaporkan situasi terakhir Sukarno dari dalam Istana sendiri.

Dalam buku keduanya, My Friend the Dictator, Cindy secara jujur mengatakan selama di Jakarta banyak tokoh yang menyangkanya agen CIA. Sebagai penulis biografi Sukarno, dia diberi keleluasaan dan akses untuk mengorek banyak tokoh politik. Tapi, diakui Cindy, ada beberapa yang tak mau karena menganggapnya agen CIA. Sukarni dan Achmad Subardjo di antaranya.

Ketika Tempo menanyakan apakah Cindy memang benar seorang agen CIA yang disusupkan Howard Jones, dahinya agak berkerinyut. Ia seolah-olah ingat masa lalunya di sini, tatkala sebagian orang mencurigainya sebagai kaki tangan CIA. Secara tegas dan cepat dia menjawab, "Itu hal yang paling mudah untuk diucapkan, tapi saya bukan CIA."

LINDA HAIRANI | TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

4 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


PUPR Optimistis Istana dan Kantor Presiden di IKN Siap Juli, Presiden Jokowi Bisa Upacara 17 Agustus?

6 hari lalu

Arsitektur  Istana Kepresidenan di IKN karya Nyoman Nuarta. (Dok. Nyoman Nuarta)
PUPR Optimistis Istana dan Kantor Presiden di IKN Siap Juli, Presiden Jokowi Bisa Upacara 17 Agustus?

PUPR menyatakan Istana Negara dan Kantor Presiden di IKN dapat fungsional pada Juli, sehingga Presiden Jokowi bisa menggelar upacara 17 Agustus.


Warga Datangi Istana Sejak Subuh, Berikut 4 Fakta Open House Jokowi di Istana Negara

14 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyalami Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto dalam acara
Warga Datangi Istana Sejak Subuh, Berikut 4 Fakta Open House Jokowi di Istana Negara

Presiden Jokowi kembali menggelar open house di Istana Negara pasca COVID-19 mendapat antusias tinggi dari masyarakat, ada yang datang sejak subuh.


Pesan Jokowi untuk Nenek Berkursi Roda di Istana Negara

15 hari lalu

Suasana antrean warga di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu, 10 April 2024. Sempat terjadi kericuhan lantaran pengunjung memaksa masuk ke dalam Istana Negara. TEMPO/Yohanes Maharso
Pesan Jokowi untuk Nenek Berkursi Roda di Istana Negara

Magdalena, penyandang disabilitas berusia 75 tahun, rela antre tiga jam untuk bertemu Jokowi.


Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

15 hari lalu

Suasana antrean warga di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu, 10 April 2024. Antrean warga untuk menghadiri acara open house Idul Fitri sempat ricuh lantaran sejumlah warga memaksa masuk ke dalam Istana Negara. TEMPO/Yohanes Maharso
Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

Tradisi open house di kalangan pejabat Indonesia makin menguat sejak Orde Baru era kepemimpinan Soeharto.


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

23 hari lalu

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

29 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Kunjungi IKN, Prabowo Pantau Pembangunan Istana Negara Baru

37 hari lalu

Arsitektur  Istana Kepresidenan di IKN karya Nyoman Nuarta. (Dok. Nyoman Nuarta)
Kunjungi IKN, Prabowo Pantau Pembangunan Istana Negara Baru

Kunjungan itu dilakukan Prabowo dalam rangka persiapan upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus tahun ini.


Juli Jokowi Berkantor di IKN Jika Bandara dan Tol Jadi, Kantor Presiden Sudah 74 Persen

55 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Kantor Presiden baru ini diharapkan menjadi ikon Ibu Kota Nusantara, terutama dengan adanya burung Garuda yang menjadi simbol infrastruktur di tengah Kota Nusantara. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Juli Jokowi Berkantor di IKN Jika Bandara dan Tol Jadi, Kantor Presiden Sudah 74 Persen

Jokowi menyebut Kantor Presiden di IKN sudah mencapai 74 persen. Akan berkantor di sana jika bandara dan tol sudah jadi.


3 Hal Pertemuan AHY dan Moeldoko, Berjabat Tangan dan Tak Canggung

59 hari lalu

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Meteri Agraria dan Tata Ruang Agus Harimurti Yudhoyono salaman sebelum rapat kabinet di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 26 Februari 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
3 Hal Pertemuan AHY dan Moeldoko, Berjabat Tangan dan Tak Canggung

Pertemuan mereka menjadi sorotan publik, karena AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pernah akan dikudeta oleh Moeldoko dalam Kongres Luar Biasa