TEMPO.CO, Madiun - Tidak kurang dari 300 hektare dari 26 ribu hektare padi jenis Ciherang dan IR 64 berusia 65-70 hari di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, rusak karena diserang ulat penggerek batang.
Akibat serangan hama itu produksi gabah kering giling yang ditargetkan sebanyak 182 ribu ton saat musim panen bulan depan dipastikan gagal tercapai. "Jelas bakal ada penurunan produksi,’’ kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun Moch. Nadjib, Selasa, 9 Juni 2015.
Ia memprediksi produksi padi pada musim panen kedua tahun ini hanya mencapai 18 ribu ton. Perkiraan ini diasumsikan serangan ulat penggerek batang tidak semakin mengganas.
Untuk mencegah meluasnya serangan penggerek, tutur Nadjib, petugas Dinas Pertanian telah menyiapkan bantuan pestisida sebanyak 150 liter bagi petani di daerah yang terserang hama.
Sejauh ini ulat penggerek telah menyerang wilayah Kecamatan Pilangkenceng, Wonoasri, Balerejo, Wungu, Madiun, Dolopo, dan Kebonsari. Menurutnya petani di tujuh kecamatan itu membudidayakan padi selama tiga musim tanam dalam setahun. "Seharusnya dua kali padi dan satu kali palawija,’’ ujar Nadjib.
Faktor lain yang menyebabkan serangan hama penggerek adalah karena pengaruh perubahan musim penghujan ke musim kemarau. Di waktu seperti sekarang ini, katanya, hama penyakit mudah berkembang biak dan menyerang tanaman padi.
Karena itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura berupaya mengatasi serangan ulat penggerek batang dengan serius. Selain membagikan pestisida yang sifatnya simultan, koordinasi petugas dengan kelompok tani semakin diintensifkan.
Suratman, Ketua Gabungan Kelompok Tani Kecamatan Pilangkenceng, mengatakan hama penggerek batang padi mulai menyerang sejak sepekan terakhir. Di wilayahnya ada 25 hektare dari 3.612 hektare tanaman yang terserang hama ini. "Cirinya, bulir padi memutih karena kering. Dalam satu petak sawah hanya sebagian kecil yang terserang,’’ katanya.
NOFIKA DIAN NUGROHO