TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung bersama American Red Cross dan Palang Merah Indonesia menunjukkan pemanasan global akan meningkatkan kerentanan iklim di kawasan sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Jakarta diprediksi akan terkena dampak paling parah akibat perubahan iklim dibanding Depok dan Bogor.
Wilayah Ibu Kota bakal menghadapi empat dampak bencana iklim sekaligus pada 2035: suhu diprediksi meningkat 2 derajat Celsius, curah hujan meningkat, cadangan air tanah menurun, dan permukaan air laut meningkat di Jakarta Utara.
“Upaya adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah, dan swasta di Jakarta harus melibatkan dua daerah di atasnya,” kata Armi Susandi, Ketua Program Studi Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, saat memaparkan hasil risetnya dalam acara membahas perubahan iklim di perkotaan di Jakarta, 26 Mei 2015. Jika tidak dilakukan adaptasi dan mitigasi simultan sejak dini, bukan tidak mungkin keadaan menjadi lebih buruk.
Lalu bagaimana gambaran proyeksi Ibu Kota 20 tahun lagi saat bencana iklim itu benar-benar terjadi?
Suhu di Jakarta pada 2012 adalah 27,5oC, diprediksi menjadi 29,5oC pada 2035. Lalu di Depok 26,7oC pada 2012 menjadi 28oC pada 2035. Suhu di Bogor pada 2012 adalah 26oC, diperkirakan menjadi 28,5oC pada 2035.
Suhu Meningkat, dampaknya:
- Terjadi peningkatan potensi penguapan air laut yang menyebabkan bertambahnya awan hujan di wilayah Jakarta.
- Curah hujan meningkat mencapai rata-rata 400 milimeter per bulan.
- Potensi banjir di Jakarta meningkat karena hujan di wilayahnya sendiri.
- Banjir bisa lebih parah jika ditambah banjir kiriman dari wilayah Bogor dan Depok. Sebab, curah hujan di Depok dan Bogor juga meningkat.
Cadangan air tanah menurun:
- Penyebabnya, penyedotan air tanah secara besar-besaran baik untuk konsumsi penduduk maupun industri. Ini yang mengakibatkan permukaan tanah menurun.
- Daerah paling terkena dampaknya di Jakarta Utara adalah Koja dan sekitarnya. Koja merupakan salah satu daerah yang memiliki cadangan air tanah rendah.
- Defisit cadangan air tanah di Ibu Kota mencapai 14,452 miliar liter per tahun.
Kenaikan permukaan Laut Jawa:
- Berpotensi merendam 62,3 kilometer persegi atau hampir 10 persen dari total luas wilayah Jakarta pada 2100. Ini terutama di Jakarta Utara yang bersinggungan dengan Laut Jawa. Pada 2020, luas rendaman akibat kenaikan permukaan air laut hanya 8,86 kilometer persegi. Luas Jakarta 740 kilometer persegi.
- Wilayah Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Cengkareng, dan Tambora merupakan daerah dengan tingkat rendaman air laut paling tinggi pada 2100.
AHMAD NURHASIM