Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Guruh Luruskan Salah Kaprah Sejarah Bung Karno, Apa Saja?  

image-gnews
Putra mantan Presiden RI Soekarno (Bung Karno) Guruh Soekarnoputra saat berikan sambutan pada peringatan Hari Lahir 112 Tahun Bung Karno di Gedung Perintis Kemerdekaan, Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, (6/6). TEMPO/Dasril Roszandi
Putra mantan Presiden RI Soekarno (Bung Karno) Guruh Soekarnoputra saat berikan sambutan pada peringatan Hari Lahir 112 Tahun Bung Karno di Gedung Perintis Kemerdekaan, Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, (6/6). TEMPO/Dasril Roszandi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Guruh Sukarnoputra, putra Presiden pertama Indonesia Sukarno, mengungkapkan beberapa koreksi atau pelurusan terkait pemahaman masyarakat yang dianggapnya keliru tentang mendiang ayahandanya yang sering dijuluki "Sang Proklamator" itu. Sabtu 6 Juni 2015, saat berpidato dalam acara penerbitan Buku "Di Bawah Bendera Revolusi (Jilid II)" di Gedung Pola, Jakarta, Guruh berbicara panjang soal banyaknya kesalah kaprahan yang selama ini terjadi. Acara itu sekaligus digelar untuk merayakan 114 tahun kelahiran Sukarno. (Baca: Jokowi Salah Sebut, Netizen: Ngakak Sampai Merauke)

Misalnya saja soal tempat lahir Sukarno. Menurut Guruh, urusan tempat tanggal lahir, juga banyak yang salah. "Di buku-buku pelajaran sekolah dan ensiklopedia masih saja menyebutkan tempat lahir Bung Karno di Blitar, padahal sebenarnya di Surabaya," kata Guruh. (baca:Keliru Soal Kota Lahir Sukarno, Tim Presiden Minta Maaf)

Kesalahan lainnya adalah menuliskan nama presiden pertama Indonesia ini. Menurut Guruh, penulisan nama ayahnya yang bener dengan huruf u. "Yang benar adalah Sukarno, dengan u, bukan Soekarno," tuturnya.

Pernyataan tersebut didukung dengan bukti langsung ucapan Bung Karno yang dimuat dalam halaman 32 buku autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams. Guruh kemudian membacakan kutipan pernyataan Bung Karno dalam buku berjudul "Sukarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" itu. (Baca: Jokowi Salah Ucap, Ini Reaksi Megawati)

"Waktu di sekolah tanda tanganku dieja Soekarno, sesuai ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, aku memerintahkan agar semua oe diterjemahkan kembali menjadi u. Nama Soekarno menjadi Sukarno. Tetapi tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis Soe," kata Guruh membacakan buku Cindy. (baca juga: 3 Kali Jokowi Keliru: Soal Sukarno Sampai yang Penting Ini)

Hal lainnya yang perlu diluruskan adalah kepanjangan dari kata "Jasmerah" yang merupakan judul pidato kenegaraan Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1966. Jasmerah, menurut Guruh, sering disebut pemerintahan zaman Orde Baru supaya konotasinya Bung Karno identik dengan PKI. "Padahal Jasmerah itu kan artinya jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, tapi orang banyak keliru mengartikannya jadi jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Melupakan dan meninggalkan itu beda jauh," kata Muhammad Guruh Irianto Sukarnoputra itu. (Baca: Jokowi Salah Sebut Kota Lahir Sukarno, DPR: Reshuffle!)

Catatan Guruh selanjutnya adalah soal pemerintahan Sukarno yang disebut sebagai zaman Orde Lama. Putra bungsu Sukarno dari pernikahannya dengan Fatmawati itu membantah pengertian tersebut. "Jika menyebut Bung Karno Orde Lama itu suatu penghinaan. Bung Karno sendiri anti Orde Lama karena Orde Lama adalah keadaan pada saat manusia Indonesia masih dengan mental dijajah atau zaman kolonialisme. Kalau mau bilang ya sebut saja pemerintahan masa Bung Karno, bukan pemerintahan masa Orla," katanya.

Menurut Guruh, berbagai pemahaman yang keliru tentang Sukarno tersebut, dikarenakan praktik politik kaum neokolonialisme dan imperialisme (nekolim) pada masa Orba yang dengan sengaja mematikan atau mengubur dalam-dalam segala fakta tentang Sukarno dan keluarganya, bahkan juga ajaran-ajaran nasionalisme yang digagasnya.(lihat video Cindy Adams Talking about Sukarno)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan wasiat Bung Karno untuk minta dimakamkan di daerah Priangan, Jawa Barat pun tidak pernah terlaksana karena mantan Presiden Soeharto yang merupakan tokoh utama pemerintahan Orba, memerintahkan agar Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

"Bung Karno dalam wasiatnya sering bilang, kalau saya meninggal nanti saya ingin dimakamkan di Priangan dimana banyak pegunungan dan sungai mengalir. Saya cukup dikuburkan di sebuah pohon rindang. Makam saya tidak usah diapa-apakan, tidak usah diberi nisan dan tulisan macam-macam. Cukup batu sederhana dengan tulisan Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," kenang Guruh.

Guruh pun menyesalkan bahwa perlakuan bangsa Indonesia terhadap Sukarno hingga detik ini masih tidak pada tempatnya. Dia mengklaim bahwa nama besar ayahnya kerapkali hanya dijadikan bahan untuk "jualan" atau sebagai etalase para pemilik kepentingan entah itu pribadi maupun golongan.

"Orang menyatakan diri sebagai pencinta Bung Karno tapi hanya layaknya mencintai selebriti. Mereka hanya mengagumi sosoknya, tapi tidak ada yang belajar pemikiran Sukarno. Jangankan pemikiran, riwayat (hidupnya) saja banyak yang tidak tahu," kata Guruh.

Guruh juga prihatin mengetahui banyak generasi muda yang beranggapan bahwa nama Sukarno selalu identik dengan Hatta, seakan mereka berdua adalah orang yang sama, jadi seperti "Sukarno bin Hatta".

"Menjelang tahun 1985 ketika mau peresmian bandara internasional Cengkareng diberilah nama bandara itu Soekarno-Hatta. Jalan-jalan juga begitu. Seolah-olah Sukarno tidak ada apa-apanya tanpa Hatta, begitu pun sebaliknya. Padahal mereka adalah dua pribadi berbeda yang sama-sama kuat berjuang dengan pemikiran dan gagasan cemerlang hingga mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan," ujarnya.

ANTARANEWS

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

1 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

50 hari lalu

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

56 hari lalu

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.


Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Jenderal Ahmad Yani. Wikipedia
Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.


Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Ilustrasi Pramuka. Getty Images
Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.


Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Suasana upacara api unggun dalam acara Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu) untuk memperingati Hari Pramuka ke-61, di lapangan SD Negeri Anyelir 1, Depok, Sabtu, 13 Agustus 2022. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.


Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

13 Agustus 2023

Ilustrasi sengketa tanah. Pixabay/Brenkee
Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

Masyarakat di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat menerima SK pembebasan hutan kawasan dari Menteri Siti Nurbaya.


LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

8 Juli 2023

Pekerja membongkar aspal yang menutup jalur trem masa kolonial Belanda  di kawasan Gajah Mada, Jakarta, Rabu, 9 November 2022. Nantinya jalur trem peninggalan Belanda tersebut akan dipindahkan dan disimpan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

Sebelum LRT Jabodebek yang bakal diresmikan bulan depan, Jakarta yang dahulu Batavia hingga pasca Kemerdekaan pernah memiliki moda Trem.


Kilas Balik Peristiwa Percobaan Pembunuhan Presiden Sukarno Oleh Pemberontak DI/TII 62 Tahun Lalu

15 Mei 2023

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Kilas Balik Peristiwa Percobaan Pembunuhan Presiden Sukarno Oleh Pemberontak DI/TII 62 Tahun Lalu

Terjadi pada 1962 begini kilas balik penembakan Presiden Sukarno oleh anggota DI/TII.


Kilas Balik Perjanjian Roem-Roijen 74 Tahun Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

7 Mei 2023

Rumah bergaya indische di Jalan Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta. Pada agresi militer Belanda kedua tahun 1948, Presiden Soekarno dan keluarga pernah menjadikan rumah ini sebagai tempat persembunyian. Tempo/Anang Zakaria
Kilas Balik Perjanjian Roem-Roijen 74 Tahun Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Usai proklamasi, Indonesia juga berusaha mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomatik tanpa kekerasan, salah satunya perjanjian Roem-Roijen.