TEMPO.CO , Bangka Barat: Pesta adat perang ketupat di Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, menjadi ikon budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ritual memberi makan makhluk halus yang berdiam di daratan ini digelar pada bulan syaban (perhitungan tahun hijriah) untuk menyambut datangnya Ramadan.
Dukun kampung Tempilang, Mangkeman, mengatakan ada makhluk halus yang bersifat baik yang menjaga desa dari gangguan roh jahat. Atas dasar itulah makhluk halus penjaga desa itu harus diberi makan setiap tahunnya.
"Makanan berupa sesajian berisi kopi, teh, ketupat, buah dan makanan lainnya yang ditaruh diatas perahu kecil lalu dihanyutkan ke laut. Ini juga wujud rasa syukur masyarakat yang dianugerahi hasil kekayaan perkebunan, laut dan tambang," ujar Mangkeman dalam pesta adat perang ketupat di Pantai Pasir Kuning, Minggu, 7 Juni 2015.
Mangkeman mengatakan sebelum digelar perang ketupat ada ritual yang harus dilaksanakan sesuai dengan keinginan roh leluhur penjaga desa yang ingin ditampilkan sejumlah tarian. Di antaranya tarian serimpan, kedidi, dan seramo.
"Ada juga aksi silat sambil menari yang dilakukan dua orang yang rasanya sudah dimasuki roh leluhur," ujar Mangkeman.
Masa dua hari pelaksanaan pesta adat ini, kata Mangkeman, ada pandangan yang wajib dipatuhi oleh masyarakat Tempilang yang jika dilanggar akan mendapat musibah.
"Pantangannya ada tiga. Dilarang pergi melaut, menjemur pakaian di depan rumah dan mencuci pakaian di sungai atau kolong. Jika dilanggar akan ada musibah. Yang tetap melaut akan tenggelam, sedangkan yang tetap mencuci pakaian di sungai akan dimangsa buaya," ujar dia.
Wakil Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani mengatakan budaya masyarakat Desa Tempilang tersebut sudah menjadi agenda wisata budaya dan sudah dipertahankan. "Ini harus dilestarikan karena memiliki nilai yang baik, di antaranya mempererat tali silaturahmi masyarakat, ungkapan rasa syukur kepada leluhur dan sang pencipta," ujar Hidayat.
SERVIO MARANDA