TEMPO.CO, Ngawi - Bramantyo Projosusilo alias Bagus Kodok Ibnu Sukodok, 64 tahun, penggagas seni kejadian (happening art) bertajuk ‘Dhanyang Setyowati Sukodok Membangun Rumah’, mengatakan acara yang digelar ini memiliki misi penyelamatan lingkungan. Terutama di Sendang Margo dan Sendang Pangiyoman di Kecamatan Kedunggalar yang masuk wilayah Resor Pemangku Hutan (RPH) Begal, Kesatuan Pemangku Hutan Ngawi, lokasi pelaksanaan seni kejadian.
“Di sekitar mata air harus banyak tanaman untuk daerah penyangga,’’ katanya saat ditemui di Sendang Margo, Ngawi, Sabtu sore, 6 Juni 2015.
Selama ini, Bramantyo melanjutkan, kawasan hutan di petak 24-C itu gersang akibat penebangan liar secara besar-besaran beberapa tahun lalu. Hal ini mengakibatkan sumber air di Sendang Margo yang dulunya juga dijadikan pemandian anak-anak rusak.
Ia berkata, debit airnya menurun drastis dan warga setempat tak lagi menggunakannya sebagai sarana irigasi dan pemandian. Untuk itu, sejumlah seniman peduli lingkungan berusaha mengajak warga memperbaiki mata air tersebut. Adapun caranya melalui pendekatan seni kejadian yang dibumbui dengan kisah cinta manusia dengan makhluk halus.
Menurut Bramantyo, metode tersebut mampu menyedot perhatian warga untuk terlibat dalam seni kejadian. Sejumlah warga di tepian hutan Begal membantu persiapan kegiatan seni kejadian yang hendak digelar. Sejak beberapa hari terakhir mereka membersihkan lumpur di dalam Sendang Margo sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, warga juga menguruk jalan desa menuju kawasan hutan, lokasi seni kejadian.
Bramantyo mengatakan, misi mengajak warga melakukan reboisasi di kawasan hutan menjadi target berikutnya. Dengan begitu, mata air tetap terjaga dan mampu menunjang peningkatan ekonomi warga dalam bidang pertanian. “Narasinya (seni kejadian) ingin membangun rumah untuk Setyowati yang berwujud hutan dengan aneka pohon di daerah dua mata air,” ucapnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO