TEMPO.CO , Surabaya: Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf tak setuju jika buaya muara di hulu Sungai Porong, dijadikan tempat wisata. Ia menegaskan, keselamatan warga lebih penting dibandingkan pendapatan yang diraup dua pekan terakhir.
“Warga harus sadar ada ancaman. Masak mau nunggu korban?” ujarnya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 6 Juni 2015.
Pria yang akrab disapa Gus Ipul itu mengatakan, bahaya buaya berjenis Crocodylus Porosus itu kini mungkin belum dirasakan. Namun sewaktu-waktu bisa mengancam jika masyarakat lengah. “Kalau buayanya kelaparan, jalan-jalan lalu masuk rumah, bisa makan segala macam itu,” tuturnya.
Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Bersatu itu lantas memberi syarat, jika warga tetap ingin menjadikan buaya Porong sebagai wisata. “Kalau mau tetap ingin jadi tempat wisata atau rekreasi, lebih baik dijadikan tempat penangkaran,” ujarnya. Ia mencontohkan penangkaran satwa komodo seperti di Medan, sehingga aman menjadi tontonan.
Meski diimbau agar menjauh, warga Dusun Awar Gunting, Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo, pada Sabtu, 6 Juni 2015 tetap melakukan ritual larung sesaji di aliran Sungai Porong. Ritual itu ditujukan untuk buaya yang dalam dua pekan terakhir ini kerap muncul di perairan sungai dusun setempat.
Warga berdalih, sejak dulu kemunculan buaya ada kaitannya dengan roh leluhur. Mereka juga sudah terbiasa berinteraksi dengan buaya sehingga warga menolak evakuasi buaya oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.
ARTIKA RACHMI FARMITA