TEMPO.CO, Balikpapan - Dua bulan belakangan ini, lalu lintas kapal ponton yang mengangkut batubara melintasi kawasan rawa gambut Sungai Mahakam makin meningkat.
Kapal besar yang memuat ratusan metrik ton batubara ini hilir mudik melintasi Muara Kaman, Kota Bangun, Kenohan dan Muara Wis di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Kapal-kapal itu telah menggangu habitat alam mamalia pesut mahakam," kata staf Divisi Database Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur, Rully Dharmadhi, Sabtu, 6 Juni 2015.
Menurut Rully, wilayah yang dilintasi kapal-kapal ponton itu memang habitat pesut mahakam (Orcaella brevirostris). Jatam mencatat beberapa kali kapal kapal ponton ini menabrak puluhan keramba dan alat tangkap ikan nelatan Muara Kaman.
Lalu lintas kapal ponton batubara terjadi di kawasan seluas 278.767 hektare. Kabupaten Kutai Kartanegara telah menetapkan sebagian kawasan tersebut seluas 76 ribu hektare, sebagai kawasan konservasi lahan gambut daerah.
Pemerintah daerah berupaya melestarikan habitat mamalia air pesut mahakam yang populasinya saat ini menyusut hingga 80 ekor. Rully meminta pemerintah menghentikan aktivitas kapal ponton batubara di wilayah konservasi lahan gambut. Menurutnya kapal ponton batubara ini melintasi kawasan cagar alam Muara Kaman – Sedulang sesuai ke keputusan Menteri Kehutanan.
Kepala Desa Muara Siran, Uhay mengatakan aktivitas kapal ponton memberikan dampak negatif pada perekonomian masyarakat tradisional. Menurutnya kapal kapal ini merusak puluhan keramba, alat tangkap ikan, rumpon hingga penurunan kualitas air Sungai Mahakam. “Sejak ponton lewat sudah tak terlihat juga kahadiran pesut,” ungkapnya.
SG WIBISONO