TEMPO.CO , Surabaya:Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyarankan agar pemerintah memberi perhatian konkrit terhadap Program Sejuta Rumah. Soekarwo mengkhawatirkan, jika tak disubsidi, masyarakat tetap tak mampu membeli.
"Percuma rumah yang dibangun jumlahnya banyak, tapi tidak ada yang menempati. Masyarakat tak bisa membeli karena harga tinggi," kata dia saat membuka Rapat Kerja Daerah Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur di Surabaya, Kamis 4 Juni 2015.
Pria yang dipanggil Pakde Karwo itu menambahkan, daya beli yang masih rendah menjadi penyebab utama. Hambatan dalam penyediaan perumahan tersebut dirasakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). “Akhirnya untuk menjangkau harga jual sewa unit hunian membutuhkan subsidi dari pemerintah,” kata Pakde Karwo.
REI, kata Soekarwo, harus dibantu berupa subsidi dan kemudahan bunga. “Sebab di manapun dan pada kelompok seperti apapun, jika situasi ekonomi melemah maka kelompok masyarakat bawah harus diintervensi dan didukung," ucap Pakde Karwo.
Ketua Umum REI Pusat Eddy Hussy mengungkapkan, Program Sejuta Rumah yang dibangun sebanyak 334 ribu unit tahun ini, menjadi tanggung jawab pemerintah yang didanai melalui APBN.
REI pun menyatakan komitmen untuk mendukung program tersebut pada 2015-2016 sebesar 217.725 unit rumah sejahtera tapak dan 30.000 unit Rumah Susun Sejahtera Milik (Rusunami).
"Khusus Jatim, saya bangga karena REI di bawah pimpinan pak Totok Lusida berkontribusi terhadap 30.000 unit rumah," puji Eddy.
Secara nasional, kebutuhan rumah bertambah sekitar 800 ribu unit per tahun. Adapun yang bisa diakomodasi Real Estate Indonesia (REI) bekerja sama dengan pemerintah baru sekitar 400 ribu unit. Padahal saat ini defisit hunian (backlog) mencapai 13,5 juta unit hunian.
Pemerintah pusat mencanangkan program Sejuta Rumah untuk rakyat yang dilaksanakan pada akhir bulan April 2015. Pembangunan sebanyak 603.516 unit rumah itu diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan 396484 unit rumah untuk masyarakat non MBR.
ARTIKA RACHMI FARMITA