TEMPO.CO, Jakarta - Horst H. Geerken, penulis buku Hitlers Griff nach Asien menuturkan, di Hindia Belanda pada 1934 juga berdiri cabang NSB. NSB adalah partai simpatisan Nazi di Belanda yang didirikan pada 1931 oleh Anton Adriaan Mussert.
Anggota partai NSB juga mengenakan baju seragam seperti NSDAP di Jerman. NSB juga memiliki tentara serupa pasukan SS Jerman yang bernama Nederlandsche SS. Dari saksi mata yang diwawancarai Horst H. Geerken, 1.000-3.000 dari 5.000-10.000 jumlah pasukan Nederlandsche SS itu adalah tentara asal Indonesia.(Sebelumnya baca:Kisah Hitler: Wah, Rupanya Ada Partai Nazi di Indonesia (1) )
Pada 1935, Ketua NSB Adriaan Mussert berkunjung ke Hindia Belanda dan dihormati sebagai "pemimpin besar" dengan cara penghormatan HOU ZEE (seperti halnya penghormatan “Heil Hitler”). “NSB di Hindia Belanda memiliki anggota yang sangat banyak,” kata sejarawan Rushdy Hoesein, 69 tahun.
Menurut Rushdy, di Batavia, jumlah anggota NSB jauh lebih besar daripada anggota NSDAP. Anggotanya sebagian besar adalah Indo tapi juga ada orang Indonesia. “Saya tidak setuju kalau di buku Horst disebutkan NSDAP memiliki anggota terbesar di Hindia Belanda.
NSB jauh lebih besar,” kata Rushdy. Menurut Rushdy, antara Musser dan Hitler ada konflik karena Musser mewacanakan NSB yang toleransi terhadap agama dan tidak anti-Semit, yang tentu saja bertentangan dengan spirit Nazi.(baca juga:Benarkah Hitler Sesungguhnya Hidup di Sumbawa?)
Sebagaimana "Deutsche Wacht" yang mendukung Nazi, di Batavia NSB juga memiliki koran Hou Zee, koran berbahasa Belanda yang mendukung Nazi. Di Hindia Belanda, anggota NSB awalnya hanya berpolitik.
Tapi, setelah terbukti oleh polisi mereka mempersenjatai diri, pemerintah menganggap mereka berbahaya, disamakanlah dengan pemberontakan komunis pada 1926. Menurut Rushdy, orang-orang NSB itu lalu ditahan di Pulau Onrust.
Gedung Juang
Partai milik Belanda yang berideologi Nazi di Hindia Belanda menurut Geerken bukan cuma NSB, masih ada NSNAP (Nationaal-Socialitische Nederlandsche Arbeiderspartij), yang didirikan pada 1931 oleh Herren van Smit, Van Waterland-De Joop, dan Van Rappard, yang terang-terangan menyebut partainya sebagai "gerakan Nazi". (baca juga: Awak Kapal Selam Nazi Pernah Ngantor di Dekat Monas)
Juga ada NIFO (Nederlandsch-Indische Facisten Organisatie) dan NSDP yang didirikan Frans Schomper. Schomper tinggal di rumah yang sekarang menjadi Gedung Juang (Museum Perjuangan) di Menteng, Jakarta Pusat.
Yang menarik, menurut Geerken, pada zaman itu sebegitu banyaknya simpatisan Nazi di Batavia, sampai banyak rumah Jerman memajang gambar simbol Nazi. Simbol Nazi di Hindia Belanda menjadi pemandangan biasa waktu itu. Ketika pada 1937 Ratu Juliana dan Pengeran Bernhard menikah, bendera Belanda dipancangkan bersebelahan dengan bendera Nazi di Hindia Belanda.
Di Hindia Belanda juga banyak berdiri klub patriotik seperti Vaterländischen Club (klub pencinta tanah air) dengan 10 ribu anggota. Pada 1915 Emil Helfferich juga mendirikan Deutsches Bund (Ikatan Orang Jerman) dan Deutsches Haus atau rumah orang-orang Jerman, sebagai tempat berkumpul para patriotik itu.
Geerken menyebut ideologi Nazi di mata pejuang kemerdekaan Indonesia amat besar pengaruhnya. Terlebih setelah Jerman menduduki Belanda pada 1940, harapan untuk merdeka dari penindasan penjajah Belanda semakin besar. (baca juga:Di Kota Ini Jejak Hitler Terekam)
Banyak orang Indonesia yang mengagumi Hitler dan berusaha mendirikan negara dengan paham nasionalis-sosialis. Geerken melakukan banyak wawancara dengan berbagai sumber untuk menggali hal tersebut, di antaranya Jenderal Otty Soekotjo, Letkol Daan Jahja, Jenderal M. Ng. Soenarjo, Laksamana R.E. Martadinata. (Bersambung)
Tutty Baumeister, Doddy Hidayat (Majalah TEMPO, 11 Mei 2015)
Selanjutnya:
Kisah Hitler: Soekardjo Pun Dihormati ala Heil Hitler (5)
Baca selengkapnya:
Kisah Hitler: Wah, Rupanya Ada Partai Nazi di Indonesia (1)
Kisah Hitler: Si Penasihat Beri Tahu Indonesia yang Kaya (2)
Kisah Hitler: Penasihat Bos Nazi Bekerja di Garut (3)