TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menilai saat ini Indonesia membutuhkan sebuah badan cyber khusus. Menurut dia, badan ini perlu dibentuk untuk mencegah kejahatan dunia maya yang mengancam keamanan negara.
Tedjo mengatakan sekarang ada pergeseran isu keamanan global. Sementara dulu ancaman perang antarnegara muncul dengan menggunakan senjata, saat ini perang kerap terjadi di dunia maya. "Jadi kita perlu semacam badan cyber nasional," kata Tedjo dalam sambutannya dalam acara "Simposium Cyber Nasional" di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Menurut Tedjo, badan cyber nasional juga diperlukan karena saat ini Indonesia sudah menggunakan perangkat elektronik untuk menjalankan pemerintahan atau e-government. Tak hanya mengancam keamanan negara, serangan cyber saat ini juga menyasar sistem keuangan, seperti pasar modal, serta transportasi publik. Hal ini, kata Tedjo, tentu berpotensi melemahkan dunia usaha.
Indonesia, menurut dia, perlu belajar dari beberapa serangan cyber yang pernah melumpuhkan negara besar. Salah satunya serangan hacker terhadap komando Amerika Serikat pada 2008. Tak hanya merugikan negara, operasi hacker juga pernah melumpuhkan sistem perusahaan raksasa Google, tepatnya pada 2009.
Tedjo mengatakan badan cyber nasional akan bekerja secara koordinatif dan terintegrasi. Selama ini, menurut dia, penanganan ancaman di dunia maya dilakukan secara sendiri-sendiri. Namun dia memastikan bahwa badan tersebut harus tetap berlandaskan nilai demokrasi dan ideologi Pancasila.
Senada dengan Tedjo, Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman menilai pembentukan badan cyber nasional diperlukan. Menurut dia, pertahanan cyber Indonesia saat ini sudah cukup mumpuni.
“Tapi masih perlu ditingkatkan," katanya. Dia mengungkapkan serangan cyber kerap menyasar situs-situs pemerintahan. Hal ini membuat jalannya pemerintahan terhambat.
FAIZ NASHRILLAH