TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu kunci kesuksesan lembaga Klinik Pendidikan MIPA (KPM) yakni memasukkan materi praktek beribadah dalam penilaian siswa-siswinya.
"Ibadah yang anak-anak lakukan di sekolah dan di rumah memberikan energi positif sehingga terkonversi menjadi perbuatan baik, termasuk mengejar prestasi," kata Presiden Direktur KPM Ridwan Hasan Saputra.
Baca Juga:
Minggu, 31 Mei 2015, Ridwan memberikan penghargaan kepada 33 siswa-siswi KPM yang mengikuti babak final Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2015. Lomba prestasi akademik ini diselenggarakan tiap tahun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah atas, Olimpiade Sains Nasional berlangsung pada 17-23 Mei 2015 di Yogyakarta. Sedangkan tingkat sekolah menengah pertama di Palu, Sulawesi Tengah. Dari 33 siswa KPM, setengahnya memperoleh medali.
Di tingkat SMA, misalnya, Nicholas Steven dan Eugehan Syafesi memperoleh medali perak bidang matematika, sementara Fauzan Nadhif dan Gian Cordana Sanjaya mendapat perunggu di bidang yang sama. Ada pula Stanley Orlando (perak/fisika) serta Kezia Sulami dan Steven Kusuman (perunggu/komputer).
Di tingkat SMP, Irfan Urane Azis mendapat medali emas (matematika) dan Prawira Satya Darma medali emas ilmu pengetahuan alam. Lalu Hardyanshel Kesuma dan Maritza Andreanne (medali perak/matematika), Muhammad Surya Sidiq dan Shakira Amirah (medali perunggu/matematika), Fadhila Mahardika Putri (perak/IPA), dan Hilya Nadhira Iman (perunggu/IPA).
Di tingkat SD, Wage Mareto mendapat medali emas bidang studi matematika dan eksplorasi terbaik. Daffa Alfathan Zaki, Fauzan Ibrahim Zakaria, dan Sulaiman Syarief meraih medali perak matematika. Lalu Ni Putu Dhara Deswita Prabha dan Made Prema Pradnya (perunggu, matematika) dan I Gede Bagus Ngurah Arthayasa (meraih merit matematika). Sedangkan Anindita Kusumowijoyo meraih perak bidang IPA.
KPM, yang berkantor pusat di Bogor, memberikan bimbingan belajar khusus matematika dan ilmu pengetahuan alam. Cabang-cabang KPM tersebar di berbagai kota di Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Selain itu, 2.500 siswa KPM diwajibkan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
Yang beragama Islam, misalnya, harus menjalankan tujuh sunah Nabi, antara lain membaca Al-Quran tiap hari, puasa Senin-Kamis, shalat tahajud dan duha, salat wajib berjemaah, dan tiap hari bersedekah serta selalu menjaga wudu.
"Sunah Nabi itu saya kerjakan di rumah dan sekolah," kata Azzahid A. Fairuzhaq Poeloengan, pelajar kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Bogor. Guru-guru KPM, ujar dia, mengajarkan pelajaran matematika dengan menarik, sehingga dia mampu mengerjakan soal matematika untuk tingkat yang lebih tinggi.
Penilaian serupa disampaikan Irfan Urane Azis dan Fakhru Adlan Ayub, siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Depok. Menurut Fakhru, soal-soal matematika dan IPA yang diberikan menantangnya untuk lebih giat belajar. "Teman-teman di KPM seru dan semuanya kompak," kata Fakhru, yang menjadi finalis OSN 2015 bidang IPA.
Fauzan Rafif Widyanto, siswa kelas VIII SMP Negeri 211 Jakarta dan M. Surya Siddiq, siswa kelas VII SMPIP Daarul Jannah, Kabupaten Bogor, menjelaskan, belajar di KPM memberi dia kesempatan mengikuti kompetisi matematika di luar negeri. "Kami mendapat teman dan pengalaman baru serta dapat belajar dari siswa negara lain," kata Fauzan, finalis OSN 2015 bidang matematika.
Pada Oktober 2014, Fauzan, Siddiq, dan Irfan Urane Azis mendapat medali emas di kompetisi Wizards At Mathematics International Competition (Wizmic) di Lucknow, India. Dalam lomba ini, Azzahid A. Fairuzhaq Poeloengan mendapat medali perak, dan Indonesia meraih juara umum. Mereka juga mendapat medali emas dan perak pada International Mathematics Contest yang digelar 1-4 Agustus 2014 di Singapura.
Sejak SD, Siddiq pernah mengikuti kompetisi matematika di Cina, Bulgaria, Rumania, dan Filipina. "Pak Ridwan dan guru-guru KPM memiliki banyak jenis soal yang menantang kami untuk menyelesaikannya," ujar Siddiq yang pekan depan akan mengikuti pelatihan matematika di Texas, Amerika Serikat, selama tiga pekan.
Memang, ada dua metode belajar yang diterapkan Ridwan di KPM. Pertama, metode "seikhlasnya". Prinsip ini berlaku bagi semua murid dan staf pengajar. Tujuannya, kata Ridwan, yang mendirikan KPM 2001, memberikan ruang yang lebar untuk anak miskin agar mendapatkan hak pendidikan.
Kedua, metode "matematika nalaria realistik". Dengan metode ini, Ridwan mengedepankan proses belajar matematika yang menyenangkan dan tidak berfokus pada hafalan. "Semua siswa dilatih menggunakan soal-soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari," kata Ridwan.
Metode seikhlasnya diterapkan dengan menghapus patokan tarif untuk siswa yang belajar. Dia menyediakan kotak amal atau yang disebut "keropak" untuk menampung uang dari muridnya. Isi keropak ini dipakai untuk menutup biaya operasional lembaga bimbingan belajar ini.
Keberhasilan di OSN 2015 semakin menambah deretan prestasi KPM. Terhitung, sejak 2004 hingga 2013, KPM berhasil mengantarkan anak-anak didiknya memperoleh 85 medali emas, 134 medali perak dan 251 medali perunggu di kompetisi tingkat nasional maupun internasional.
Pada 2007, Ridwan menerima penghargaan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Pengalamannya membangun KPM dituangkan Ridwan dalam biografinya yang berjudul Orang Bogor yang Mendunia dengan Keropak, yang diterbitkan dua pekan lalu.
UNTUNG WIDYANTO