TEMPO.CO, Surabaya - Kebanyakan warga Indonesia masih takut menjalankan transaksi jual-beli secara online atau e-commerce. Jaminan keamanan barang dan uang menjadi faktor utamanya.
CEO Bukalapak.com Achmad Zaky mengungkapkan hal itu kepada wartawan, Minggu, 31 Mei 2015. Menurut dia, baru sedikit masyarakat yang merambah bisnis online. "Mereka masih memilih melakukan transaksi secara offline karena takut terjadi penipuan saat transaksi di e-commerce," katanya.
Menurut Achmad, setiap hari 50 juta warga di Indonesia aktif di media sosial. Sebanyak 10-20 juta aktif di portal media massa. Tapi baru 1-2 juta yang mau terlibat dalam e-commerce.
Menurut dia, angka itu kalah jauh dibanding di Cina. Dia mengatakan rata-rata warga Cina telah beralih ke e-commerce. Dari pantauannya, hampir semua pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Cina, juga Korea Selatan, telah beralih ke situs jual-beli online. "Ini menyebabkan mal-mal di Cina sepi," katanya.
Indonesia, kata Achmad, memiliki pasar potensial yang belum tergali. Dasar pernyataannya itu adalah total kunjungan di portal Bukalapak.com baru mencapai 1 juta netizen, tapi transaksi yang tercatat Rp 4-5 miliar per hari. Jumlah ini didominasi transaksi oleh warga Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Balikpapan, Pekanbaru, Riau, dan Medan.
Baca Juga:
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat meresmikan bergabungnya 2.640 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan Pahlawan Ekonomi 2015 juga menekankan pentingnya pemasaran lewat Internet lewat tiga tujuan yang ditetapkannya, yakni go global go digital, dan go financial.
"Kaum ibu juga harus dilatih menjalankan berbagai strategi pemasaran di dunia maya dengan memanfaatkan teknologi informasi," katanya.
AVIT HIDAYAT