TEMPO.CO, Malang - Harga rumah yang ditawarkan Indira Astarisa, 40 tahun, di Kota Malang, Jawa Timur, ditaksir senilai Rp 1,2 miliar. Angka ini didapat dengan menghitung berdasarkan harga tanah sebesar Rp 8 juta per meter persegi dan harga bangunan Rp 4 juta per meter persegi.
"Itu harga pasaran umum di sana," kata Bendahara Dewan Pimpinan Daerah Real Estate Indonesia Jawa Timur, Heri Mursyid, Sabtu, 30 Mei 2015.
Indira sebelumnya memasang iklan penjualan rumahnya yang berlokasi di Perumahan Permata Jingga Nomor 30, Blok Pinus, seharga Rp 1,7 miliar. Tapi, memang iklan menyertakan adanya bonus seluruh perabotan dalam rumah itu, dan jika cocok, dirinya untuk diperistri pembeli.
Adapun luas tanah dan bangunan dari tempat tinggalnya itu masing-masing seluas 135 meter persegi dan 66 meter persegi. "Harga melambung karena dampak psikologis," kata Heri.
Dia menjelaskan, dampak psikologis itu biasanya 10 persen karena lokasi dan bangunan cocok bagi pembeli. Sedangkan Indira memberi dampak psikologis yang berbeda, yakni siap dipersunting pembeli. "Itu bahasa marketing. Tujuannya untuk menarik calon pembeli," kata Heri lagi.
Kecocokan bagi pembeli akan ditentukan apakah harga masuk akal. Menurutnya pembeli akan membayar sesuai harga yang ditawarkan jika ada kecocokan harga dan secara psikologis dengan penjual rumah.
Indira sendiri menyatakan, harga rumah disesuaikannya dengan harga umum atau harga pasaran. Indira menilai harga yang ditawarkan tak terlalu melejit tinggi.
Dia sebelumnya sempat menawarkan rumah tersebut melalui situs jejaring sosial. Namun, belum ada kesepakatan harga. Sedangkan setelah sahabatnya, Lia Safitri, memasang iklan rumah bonus istri di Harian Surya, 28 Mei 2015, total sebanyak 200 orang yang mengajukan penawaran. "Sudah ada yang serius membeli seharga Rp 1,6 miliar," kata Indira.
EKO WIDIANTO