TEMPO.CO, Malang - Asosiasi Museum Indonesia (AMI) menggelar pertemuan nasional di Malang 26-28 Mei 2015. Pertemuan dihadiri 320 perwakilan pengelola museum di seluruh nusantara. Mereka membahas isu seputar pelestarian cagar budaya dan pengelolaan museum.
"Pengembangan museum menjadi perhatian kami," Ketua AMI Putu Supadma Rudana, Kamis 28 Mei 2015. Untuk itu, ia mengajak para pengelola museum untuk membangkitkan dunia permusiuman. Pengelola juga diimbau mengajak masyarakat untuk peduli dan mengenal arti pentingnya museum.
"Museum menjadi tempat mengenal masa lalu, peradaban dan kebudayaan manusia," ujar Putu. Museum, katanya, merupakan tempat menyimpan benda bersejarah, sehingga masyarakat harus semakin akrab dengan museum agar mengenal bangsanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni berharap museum semakin berkembang dan bergirah. Malang sendiri memiliki empat museum, yaitu Museum Mpu Purwa yang dikelola Pemerintah Kabupaten Malang, Museum Brawijaya dikelola Kodam V/ Brawijaya, Museum Bentoel dikelola PT Bentoel dan Museum Malang Tempo Doeloe dikelola Yayasan Inggil.
"Tahun ini kita akan mendirikan tempat pelatihan pembuatan topeng Malangan," ujar Ida. Pendirian tempat pelatihan tersebut, menurutnya, untuk melestarikan kebudayaan khas Malang. Pertemuan nasional Asosiasi Museum diselenggarakan di Malang karena dinilai memiliki kekayaan budaya. Selain itu cikal bakal kerajaan di tanah Jawa berasal dari Malang.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan menjelaskan pemerintah mendorong pengembangan museum di daerah serta merevitalisasi museum yang telah berdiri. Pemerintah memberikan bantuan dana untuk pembangunan museum baru. "Perbaikan museum Mpu Purwa diharapkan selesai tahun ini," katanya.
Kacung menuturkan bahwa pemerintah juga tengah membangun Museum Islam Nusantara di Jombang, Jawa Timur. Pembangunan museum itu menyedot anggaran sebesar Rp 30 miliar. Museum Islam dibangun di Jombang dengan alasan daerah tersebut menjadi tempat berkembangnya Islam moderat di Indonesia.
EKO WIDIANTO