TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir mengaku sempat merasa takut melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke University of Berkley pada Kamis lalu. Ia mengaku sempat merasa takut setelah melihat daftar alumnus University of Berkley. "Kok alumninya bos-bos semua," kata Nasir di acara Tempo Education Outlook 2016 di Hotel Luwansa, Jakarta, Rabu, 27 Mei 2015.
Nasir mengetahui kasus University of Berkley dari media massa. Ia pun meminta penjelasan bawahannya yang ternyata membenarkan adanya kasus penipuan universitas itu.
Ia mengaku menerima data ada 187 alumnus yang terdaftar di universitas yang terletak di kawasan Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Ia meyakini jumlah alumnus itu lebih banyak dari data yang didapatnya. Para alumnus itu pun, kata Nasir, memiliki pangkat tinggi dan jabatan yang cukup tinggi.
Walau sempat merasa takut, tapi Nasir mengatakan harus melakukan sidak. "Akhirnya saya perintahkan untuk persiapkan data lengkap sebelum melakukan sidak," katanya. Data itu bisa menjadi dukungan baginya.
Menurutnya, kasus ijazah palsu sudah sangat meresahkan. Setelah melakukan sidak, kata Nasir, ia pun sempat mendatangi kawasan Pramuka dengan mobil pribadinya untuk membuktikan apakah di daerah itu juga bisa menerbitkan ijazah palsu. "Saya minta orang untuk minta dibuatkan ijazah, ternyata hanya membutuhkan KTP saja," katanya.
Nasir meminta agar polisi melakukan sidak ke tempat-tempat pemalsuan ijazah. "Saya minta polisi gerebek tempat itu. Saya sangat geregetan dan jengkel," katanya.
Kamis lalu, Nasir sudah melakukan sidak di dua universitas, University of Berkley di Jakarta dan STIE Adhy Niaga di Bekasi. Hasilnya, University of Berkley ternyata tidak memiliki izin beroperasi sebagai lembaga pendidikan formal di Tanah Air, dan STIE Adhy Niaga dinilai tidak benar melakukan program belajar-mengajar hingga mendapatkan ijazahnya. "Masa di Adhy Niaga, 8 SKS sudah bisa dapat gelar sarjana, harusnya itu 144 SKS minimal," katanya.
MITRA TARIGAN