TEMPO.CO, Magelang - Pemerintah Indonesia mengucurkan dana sekitar US$ 400 ribu atau Rp 5,2 miliar untuk membiayai program kerja sama bidang kebudayaan dengan Afganistan. “Indonesia adalah penyumbang dana bagi program ini,” kata Kepala Bidang Kebudayaan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) Unit Kabul Masanori Nagaoka di Balai Konservasi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 27 Mei 2015.
UNESCO merupakan fasilitator program ini. Pameran benda cagar budaya koleksi kedua negara dijadwalkan berlangsung di Borobudur pada Desember mendatang. “Kami sedang melakukan kampanye internasional untuk membantu konservasi Bamiyan,” ujarnya.
Bamiyan merupakan warisan kebudayaan dunia. Di tempat ini tersimpan cagar budaya peninggalan agama Buddha. Kepala Museum Nasional Afganistan Omara Khan Massoudi mengatakan kebudayaan di negaranya berlangsung sejak zaman prasejarah. Sayangnya, saat ini sekitar 1.200 situs terancam rusak akibat perang sipil sepanjang tiga dekade. “Ini pekerjaan besar bagi konservasi,” tuturnya.
Ia lantas mempertontonkan gambar-gambar kerusakan gedung museum akibat perang pada 1993. Ruangan hancur dan benda-benda koleksi museum rusak berserakan. Perang, dia melanjutkan, telah membinasakan 40 ribu koleksi milik museum. Sejak 2003 silam hingga sekarang, pemerintahnya berusaha membangun kembali. “Afganistan butuh bantuan internasional,” ucapnya.
Ia mengatakan bantuan tak hanya dalam bentuk fisik. Kesadaran masyarakat terhadap pelestarian benda cagar budaya masih rendah. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan petugas museum terbatas.
Kerja sama bidang kebudayaan dua negara ini sebenarnya bermula dari pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hamid Karzai di sela Forum Demokrasi di Bali pada 2011. Setahun kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhammad Nuh dan Menteri Informasi dan Kebudayaan Afganistan Sayed Makhdoom Raheen meneken perjanjian kerja sama.
ANANG ZAKARIA