TEMPO.CO, Surabaya - Satu dari 80 komodo koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) ditemukan mati di kandang indukan pukul 07.30 pada Minggu, 24 Mei 2015. Komodo tertua (22 tahun) yang dinamai K-8 dengan nomor cip 0001435BB9 itu ditemukan mati oleh Suraji, pawang komodo.
Komodo yang menempati kandang 1-A bersama empat pejantan dan dua betina itu diduga mati karena faktor usia. Selain itu, fungsi organ pada satwa tersebut tidak bekerja secara optimal.
Kepala Humas Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS Ryan Adi Djauhari menjelaskan komodo tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda spesifik sebelum kematiannya. Setiap hari pola konsumsi komodo juga terlihat stabil. Hanya, tingkat agresivitas mulai menurun sejak beberapa hari sebelum kematiannya. “Sejak ditemukan mati, kami langsung melakukan isolasi kandang. Mengambil sampel air dan lain sebagainya, siapa tahu ada racun,” ujarnya kepada Tempo, Selasa, 26 Mei 2015.
Untuk melihat penyebab spesifik kematian K-8, KBS memutuskan untuk melakukan otopsi. Dari hasil otopsi, dihasilkan visum yang menjelaskan bahwa K-8 mengalami pembengkakan pada jantungnya.
Pelaksana tugas sementara Kepala Seksi Klinik Karantina PDTS KBS drh Ommy menambahkan, pembengkakan jantung inilah yang menyebabkan organ-organ lainnya tidak bekerja secara optimal. Metabolisme tubuh K-8 juga menjadi tidak berfungsi secara baik.
Pihak KBS pun mengaku baru mengetahui bahwa K-8 mengalami pembengkakan jantung setelah hasil otopsi yang dilakukan setelah kematiannya. Alasannya, rekam medis yang dilakukan hanya bersifat berkala dan tidak memantau secara detail layaknya manusia.
“Reptil itu saat mengekspresikan ambang sakitnya di bawah mamalia,” tuturnya. Artinya, daya tahan tubuh komodo diakui lebih kuat dan tidak akan mengeluh sakit. Berbeda dengan mamalia, semisal orang utan, yang kerap sakit flu saat terjadi perubahan cuaca.
Ommy belum bisa menyimpulkan lebih jauh terkait dengan kematian K-8 lantaran masih menunggu hasil laboratorium yang dikirimkan Laboratorium Hewan Universitas Airlangga, Surabaya. Kemungkinan satu bulan baru bisa diperoleh data rincinya.
Pelaksana tugas sementara Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS Aschta Nita Boestani Tajudin mengaku sangat terpukul atas kematian K-8. Sebab, komodo tersebut adalah komodo tertua yang dimiliki KBS. “Kami tetap berkomitmen terus meningkatkan kesejahteraan satwa koleksi PDTS KBS,” tutur Aschta lewat siaran persnya.
Aschta menjelaskan reptil dengan nama Latin Varanus komodoensis ini dimiliki KBS sejak tahun 2000. Waktu itu KBS menerima sebelas komodo dari Flores yang kemudian digunakan sebagai generasi parenting (F-0). Saat itu K-8 masih berusia 7 tahun dan memiliki tanda cacat berupa ekor buntung, sehingga tidak dapat berfungsi secara reproduksi. Saat ini koleksi komodo KBS berkurang menjadi 79 ekor dari total sebelumnya 80 ekor. Sebelumnya, dua ekor komodo juga mati.
AVIT HIDAYAT