TEMPO.CO, Lhokseumawe -Indonesia akan mengajak komunitas Asean dan internasional untuk mencari solusi terbaik demi keberlangsungan hidup 1.039 orang pengungsi Rohingya yang kini menempati empat titik kamp penampungan sementara di pantai Utara dan Timur Provinsi Aceh.
“Untuk Rohingya, posisinya adalah resettlement, ini kita menjadi bagian yang harus menyatu dengan sinergi, solusi komunitas internasional terutama yang sudah tandatangani konvensi pengungsi dan PBB,” ujar Menteri Sosial Khofifah Indarparwansa saat mengunjungi lokasi penampungan sementara 682 orang pengungsi Rohingya dan Imigran Banglades di Pelabuhan Kuala Langsa. Minggu, 24 Mei 2015.
Menurut Khofifah, potensi pengungsi bukan hanya Asean dan Asia Pasifik, tapi banyak negara di dunia. Untuk Indonesia, selain sedang menangani pengungsi Rohingya di Aceh juga masih menangani pengungsi di Pekanbaru, Kupang, dan Makassar. “Pengungsi didaerah ini bukan hanya dari negara Asean dan Asia saja”
Maka dari itu, katanya, perlu menyegerakan dan menyusun kesepakatan strategis jangka panjang, bagaimana komunitas internasional, termasuk PBB, menyiapkan format strategis jangka panjang untuk menangani potensi terjadinya pengungsi di sangat banyak negara.
“Kita harus mengajak komunitas internasional untuk mencari format strategis jangka panjangnya supaya mereka sebagai warga dunia ada perlindungan mereka,” tuturnya.
Sebelum berkunjung ke kamp pengungsi, Khofifah menggelar rapat dengan Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, selain membahas soal penanganan pengungsi juga soal solidaritas yang telah dibangun oleh masyarakat Aceh terhadap para pengungsi, dan ini harus dibangun komunikasi yang harmoni supaya keserasian tetap terjaga.
“Ya soal format penempatan ketempat yang baru (resettlement) masih kita cari format, juga perpres pengungsi juga sedang disusun,” Mensos menambahkan.
IMRAN MA