Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sultan Bantah Tunjuk Hadisuryo Jadi Perantara?  

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Sri Sultan Hamengku Bawono (kanan) bersama dengan istri GKR Hemas (kedua dari kanan) pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Jumenengan Dalem adalah peringatan akan peristiwa naik tahta Sultan HB X di keraton Yogyakarta. TEMPO/Pius Erlangga.
Sri Sultan Hamengku Bawono (kanan) bersama dengan istri GKR Hemas (kedua dari kanan) pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Jumenengan Dalem adalah peringatan akan peristiwa naik tahta Sultan HB X di keraton Yogyakarta. TEMPO/Pius Erlangga.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Bawono X membantah telah meminta saudara seayah, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Hadisuryo, untuk menjembatani komunikasi antara Sultan dengan saudara lainnya akibat polemik Sabda Raja dan Dhawuh Raja.

Hadisuryo adalah anak bungsu dari hasil perkawinan HB IX dengan istri pertama, Kanjeng Raden Ayu Pintoko Purnomo, yang mempunyai lima anak.

Permintaan menjadi perantara itu terungkap dalam pertemuan antara Sultan dengan Hadisuryo di Gedong Jene, Keraton Yogyakarta, pada 21 Mei 2015 pagi.

“Enggak, enggak. Bagaimana saya percaya dia (Hadisuryo)?” kata Sultan saat ditemui di Kepatihan, Yogyakarta, Jumat, 22 Mei 2015.

Sultan mengaku enggan bertemu dengan Hadisuryo. Beberapa kali Hadisuryo meminta bertemu, Sultan selalu menunda. Hadisuryo pun mengaku menunggu waktu luang Sultan untuk bertemu.

“Sudah wegah (tidak mau) bertemu. Kutunda-tunda. Akhirnya yang diajukan mbakyune (kakak perempuannya, Gusti Bendara Raden Ayu Murdokusumo). Akhirnya saya terima,” kata Sultan.

Alasan Sultan, karena momentum pembahasan polemik tersebut telah hilang, tapi justru Hadisuryo baru muncul.

“Dia cari panggung di belakang. Masyarakat Yogya kan enggak kenal Hadisuryo itu siapa. Kalau Kasworo (nama kecil Hadisuryo) tahu,” kata Sultan.

Sultan pun mempersilakan Hadisuryo bertemu dengan saudara-saudaranya yang lain. Dia tidak mempersoalkan adanya perbedaan pendapat. Namun soal penyelesaian secara musyawarah melalui Dewan Saudara, Sultan membantah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Dewan Saudara itu siapa? Enggak ada strukturnya di keraton. Kalau sekedar istilah, silakan,” kata Sultan.

Menurut Sultan, pembentukan Dewan Saudara merupakan inisiatifnya usai HB IX wafat. Dia mengumpulkan saudara-saudaranya untuk berembug soal pengganti ayah mereka sebagai sultan.

Hadisuryo saat dihubungi Tempo menegaskan bahwa Sultan yang meminta dia untuk menjembatani komunikasi dengan saudara yang lain.

“Iya. Ada rekamannya, kok. Beliau juga sudah tahu soal rencana mengumpulkan saudara-saudara yang lain,” kata Hadisuryo.

Saat ini dia tengah menunggu kedatangan saudara-saudara yang merupakan anak-anak HB IX yang berada di Jakarta untuk datang ke Yogyakarta. Pertemuan antar saudara tersebut disebut Hadisuryo adalah pertemuan Dewan Saudara.

Sementara itu, GBPH Prabukusumo dalam pesan singkat melalui Whatshap kepada Tempo menyatakan bahwa penyelesaian polemik yang disebutnya sebagai islah tersebut adalah tawaran yang menggiurkan. Asalkan solusinya adalah kembali pada paugeran luhur, dia menjamin semua saudara akan setuju. Namun apabila jawaban Sultan masih seputar kedua sabda atas perintah Tuhan, menurut dia itu bukan jawaban.

“Kami siap islah kalau kedua sabda dibatalkan. Otomatis kami baikan dan rukun lagi. Kesabaran orang kan ada batasnya,” ujar Prabukusumo, yang tengah berada di Jakarta.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

5 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

6 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

8 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

17 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

31 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

37 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

37 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

38 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

53 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.