TEMPO.CO, Jakarta - Mantan hakim agung Benyamin Mangkudilaga menutup usia pada Kamis, 21 Mei 2015. Ia meninggal pukul 16.30 setelah tak sadarkan diri sejak pagi hari.
"Beliau meninggal karena sakit jantung," kata Royono R. Murad, rekan Benyamin di Yayasan Rumah Sakit Jakarta. Kepada Tempo, ia mengatakan sebentar lagi jenazah pria 77 tahun ini akan diberangkatkan ke kediamannya.
Rumah Benyamin yang beralamat di Kompleks Polri Blok SF Nomor 36, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini sekaligus menjadi rumah dukanya. Besok, selepas salat Jumat, jenazah lulusan SMA Kolese Kanisius ini akan dimakamkan di Al-Azhar Memorial Garden. Adapun sebelumnya akan didoakan di Masjid KKO, Cilandak.
Suami dari Roosliana ini adalah hakim karier di PN dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Ia memulai karir tahun 1962-1967 sebagai Asisten Dosen FH UI. Kemudian menjadi Hakim PN Rangkas Bitung (1967-1974), Hakim PN Denpasar (1974-1979), Hakim PN Jakarta Utara (1979-1982). Lalu diangkat menjabat Wakil Ketua PN Bale Bandung Kab.Bandung (1982-1987), Ketua PN Cianjur (1987-1991), dan Ketua PTUN Surabaya (1991-1993). Setelah itu, ia dipercaya menjadi Hakim Tinggi PTTUN Medan (1996-1998) dan PTTUN Jakarta (1998-1999).
Saat menjadi Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, ayah dua putri, ini memenangkan gugatan majalah Tempo yang dibredel pemerintah Orde Baru, terhadap Menteri Penerangan Harmoko.
Suatu keputusan yang dianggap berani pada masa itu, ketika campur tangan kekuasaan eksekutif masih sangat kuat terhadap yudikatif. Namanya pun melambung sebagai seorang hakim yang punya integritas diri menegakkan keadilan.
Bukan hanya putusan kasus TEMPO yang membuat integritas dan kredibilitasnya sebagai hakim mencuat. Sebelumnya, ia juga telah memenangkan gugatan lima perusahaan future trading terhadap Menteri Perdagangan yang mencabut SIUP mereka.
Benyamin juga menjatuhkan putusan hukuman mati terhadap terdakwa Lince, yang membunuh suaminya sendiri di Pengadilan Negeri Bandung, pada 1986. Serta putusan menolak gugatan petani Cimacan, Jawa Barat, yang lahannya dijadikan lapangan golf.
URSULA FLORENE SONIA | TOKOHINDONESIA