TEMPO.CO, Padang - Rumah Sakit Umum Daerah Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, belum punya bank darah. Penanganan darurat yang membutuhkan transfusi darah, seperti kecelakaan dan melahirkan, tidak bisa ditangani.
“Pemerintah pusat mesti membantu Mentawai menciptakan pelayanan kesehatan yang standar, seperti pengadaan bank darah,” kata Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa, Rabu, 20 Mei 2015.
Baca Juga:
Kesulitan pendirian bank darah di Mentawai tidak hanya menyangkut pengadaan peralatan, tapi juga aliran listrik PLN yang tidak stabil. Sedangkan penyediaan genset mahal karena harga bahan bakar minyak.
Rijel mengatakan, karena belum ada bank darah, rumah sakit tidak bisa menangani operasi. Pasien pun harus dirujuk ke Padang. Namun kejadian pasien meninggal dunia karena tidak ada stok darah saat melahirkan pernah terjadi di RSUD yang didirikan pada 2005 itu.
Untuk menghindari hal seperti itu terulang kembali, tiap puskesmas di kecamatan di tiap pulau dilengkapi dengan boat khusus untuk membawa pasien gawat darurat ke Padang dengan menempuh perjalanan laut selama lima jam.
Rijel pun berharap PMI mendirikan kantor di Mentawai. Sebab, selain rumah sakit, PMI juga bisa membangun bank darah. Bank darah tidak hanya diperlukan di Tuapejat, ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai di Pulau Sipora, tapi juga di pulau-pulau lain, seperti Siberut dan Pagai. “Kondisi geografis jarak setiap pulau tidak memungkinkan melarikan pasien gawat darurat lebih empat jam mengarungi lautan,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar mengakui salah satu persoalan pelayanan kesehatan di Mentawai adalah belum adanya bank darah. RSUD Tuapejat yang menjadi satu-satunya rumah sakit di Mentawai masih tipe D. Dia mengaku sedang membicarakannya hal itu dengan PMI agar membuka cabang di Tuapejat dan mendorong PMI segera membuat unit transfusi darah (UTD).
FEBRIANTI