TEMPO.CO, Malili - Lefrina Tudang Tudayu, siswi kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Burau, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur, ditemukan tewas gantung diri, Senin 18 Mei, pukul 18.30 Wita.
Simon Petrus, 39 tahun, kakak ipar korban, menceritakan, penemuan jenazah Lefrina bermula ketika dia dan istrinya pulang dari kebun. Saat itu ia mendapati pintu kamar Lefrina tertutup rapat.
"Awalnya kami tak curiga, tapi setelah dipanggil tidak ada jawaban, kami memutuskan membuka paksa. Ketika pintu terbuka, kami kaget melihat korban sudah kaku dalam kondisi tergantung," kata Simon, Selasa, 19 Mei 2015.
Kata Simon, adik iparnya tewas gantung diri menggunakan seutas tali nilon. Dia bersama istrinya, Mariam Sebok, lalu melapor kepada polisi. Jenazah Lefrina lalu diotopsi. Menurut Simon, semasa hidupnya, korban tidak memperlihatkan sikap yang aneh. Korban juga tidak pernah bercerita bahwa sedang ada masalah.
Kepala Kepolisian Sektor Burau Ajun Komisaris Hariyadi Tukiyar belum bisa memastikan apakah korban murni gantung diri atau tidak. Polisi masih menyelidiki kasus tersebut. "Penyidik kami masih melakukan penyelidikan, korban tewas bunuh diri itu baru kesimpulan sementara," kata Hariyadi.
Kepala SMAN 1 Burau Edy Hartono mengatakan, sebelum Lefrina ditemukan gantung diri, pihaknya menegur Lefrina karena ikut dalam aksi coret-coret seragam dan arak-arakan bersama siswa kelas XII. Teguran itu disampaikan seusai pengumuman hasil ujian nasional, Jumat pekan lalu.
"Sudah kami sampaikan kepada seluruh siswa untuk tidak melakukan aksi coret seragam dan konvoi. Korban dipanggil untuk kami bina agar tidak mengulanginya lagi," kata Edy.
HASWADI