TEMPO.CO, Bojonegoro - Pengelola Terminal Rajekwesi di Bojonegoro mengeluhkan retribusi bus angkutan yang hanya Rp 750 per kendaraan. Retribusi tersebut dianggap harus dinaikkan meski dengan mengubah peraturan daerah. ”Itu sangat kecil,” ujar Kepala Terminal Bojonegoro Sentot Sugeng kepada Tempo, Selasa, 19 Mei 2015.
Sugeng menyebutkan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Terminal Bojonegoro, nilai retribusi untuk bus keluar sebesar Rp 750 dan bus masuk Rp 1.000 per bus. Retribusi sejumlah itu dianggap kurang besar. ”Kita kadang kesulitan menutup biaya operasional,” ujar Sugeng.
Sugeng menyebutkan Rajeweksi termasuk terminal yang padat karena volume kendaraan yang keluar-masuk cukup tinggi. Menurut Sugeng, minimal lima menit ada pemberangkatan bus jarak jauh dan jarak dekat.
Data Dinas Perhubungan Bojonegoro menyebutkan Terminal Rajekwesi Bojonegoro masuk klasifikasi A-1, yakni bisa menampung minimal 300 kendaraan angkut. Selain itu, terminal di Jalan Veteran dengan luas tanah 2,8 hektare ini menjadi daerah tujuan akhir bus dan angkutan umum lain.
Sekarang lebih dari 340 bus dan angkutan kota beroperasi setiap hari di terminal yang berlokasi di kawasan timur Kota Bojonegoro ini. Di antaranya bus yang mengambil rute Bojonegoro-Jakarta-Bandung; Bojonegoro-Malang-Jember-Surabaya-Bali; serta Bojonegoro-Tuban-Ngawi-Jombang-Babat-Padangan-Jatirogo.
Kepala Dinas Perhubungan Bojonegoro Iskandar mengatakan retribusi di Terminal Rajekwesi memang kecil. Dia menerangkan, harga cetak kertas retribusi Rp 250 per lembar. Artinya, jika harga retribusi bus sebesar Rp 750 per lembar, keuntungan yang didapat pengelola terminal hanya Rp 500 per lembar.”Jadi, kecil sekali,” tuturnya kepada Tempo, Selasa, 19 Mei 2015.
Dia menambahkan, angka Rp 750 tak sebanding dengan kenaikan harga lain, seperti harga bahan bakar minyak. Dia mencontohkan, biaya operasional Terminal Bojonegoro cukup besar. Misalnya biaya perbaikan landasan, fasilitas umum, serta rambu-rambu di dalam terminal.
Padahal beberapa tahun belakangan ini Bojonegoro menjadi rujukan daerah yang bersih. Bojonegoro dianggap punya kelebihan dalam soal kebersihan dan penghijauan. Bahkan Bojonegoro pernah mendapatkan penghargaan Wahana Tata Nugraha di bidang pengelolaan transportasi publik dan lalu lintas.
Karena itu, kata Iskandar, jumlah retribusi kendaraan di Terminal Rajekwesi sudah saatnya direvisi. "Paling tidak meningkatkan harga retribusi kendaraan dan lahan parkir kendaraan umum. Retribusi ini kan juga bisa meningkatkan pendapatan asli daerah yang sekarang ini hanya sekitar Rp 235 juta per tahun."
SUJATMIKO