TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga besar Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad tak bisa membayangkan kepedihan dan kondisi psikologis kedua anak Burhan setelah orang tua mereka wafat dalam waktu berdekatan.
Burhan dan istrinya, Hery Listyawati, wafat akibat kecelakaan helikopter di Pakistan pada 8 Mei 2015. Istri Burhan meninggal di lokasi kecelakaan dan baru dimakamkan pada 14 Mei 2015. Sedangkan Burhan wafat pada Senin, 18 Mei 2015, dan rencananya langsung dimakamkan hari ini.
Baca Juga:
“Anaknya sebenarnya masih terpukul dan berduka akibat ibunya meninggal karena kecelakaan itu. Sekarang ayahnya menyusul. Kami tak bisa bayangkan kepedihan mereka," ujar kakak ipar Burhan, Heri Ernawati, terisak ketika ditemui Tempo di rumah duka di Ngampilan, Yogyakarta, Selasa pagi, 19 Mei 2015.
Burhan memiliki dua putra. Yang pertama bernama Fitra Amrullah, 19 tahun, mahasiswa tingkat II Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan putra bungsu Burhan, Yoga Sulistyo Burhan, 18 tahun, baru saja menamatkan jenjang pendidikan sekolah menengah atas di Pakistan. Selama tiga tahun terakhir, putra sulung Burhan kerap tinggal sendirian di Yogyakarta karena ibu dan adiknya lebih banyak berada di Pakistan.
Erna menuturkan pihak keluarga sudah berembuk dan memutuskan bersama-sama mendampingi anak-anak Burhan agar dapat mengikhlaskan kepergian orang tua mereka. “Pak Burhan sendiri saat masih bisa berkomunikasi waktu istrinya meninggal sudah mengatakan kepada anak-anak, ini semua cobaan Allah, harus menerima ikhlas,'” ujar Erna menirukan perkataan Burhan kepada kedua anaknya.
Namun, dengan wafatnya Burhan menyusul istrinya, kini yang menjadi tumpuan bagi kedua anak itu adalah para kerabat serta neneknya.
Putra sulung Burhan, Fitra Amrullah, dalam pemakaman ibunya sempat berharap kondisi ayahnya segera membaik dan sang ayah bisa bertugas kembali seperti sedia kala. “Semoga ayah segera diberi kesembuhan,” ujar Fitra, yang memahami ayahnya saat itu masih dalam kondisi kritis dan tak bisa menghadiri pemakaman ibunya.
Kakak ipar Burhan lainnya, Djarot Heru Setiawan, menuturkan Burhan tatkala masih sadar ketika dirawat sudah memberikan pesan kepada dua putranya agar tabah. “Almarhum sudah berpesan kepada dua anaknya yang masih remaja agar menjadi orang yang berguna bagi masyarakat,” ujar Djarot.
Djarot terakhir kali bertemu dengan Burhan sekitar setengah tahun lalu di Jakarta. Kala itu Burhan menitipkan pesan agar keluarga besarnya di Yogyakarta turut mendampingi dan mengawasi putra sulungnya yang baru kuliah.
“Almarhum kerap menyempatkan diri berkomunikasi dengan putra sulungnya melalui jejaring sosial, meskipun tak sering karena cukup sibuk dengan tugasnya,” ujar Djarot.
PRIBADI WICAKSONO