TEMPO.CO , Malang:Pemasangan bunga plastik warna-warni di Tugu di depan Balai Kota Malang menuai protes. Seorang warga Malang bernama Mochamad Rofik mengirim petisi online ke laman change.org. Dia bergabung bersama 24 warga Kota Malang lainnya yang menandatangani petisi tersebut sejak dua hari terakhir.
"Yth. Walikota Malang tercinta, Abah Anton. Abah, saya belum tahu bagaimana proses pengadaan lampu plastik jelek yang ada di depan balaikota. Maka dari itu, kami meminta bunga-bunga plastik nan jelek itu DICABUT dari depan balaikota," kata Rofik membuka petisi tersebut.
Menurut Rofik, ditinjau dari sisi lingkungan, bunga plastik tersebut tak ramah lingkungan. Bunga-bunga itu tak menyerap karbon dioksida dan menghasilkan udara segar. Sebaliknya, bunga tersebut justru mengkonsumsi listrik yang besar untuk menghidupkan lampu-lampunya di malam hari.
Rofik juga mengkritik jumlah anggaran untuk pengadaan bunga plastik senilai Rp 4,7 miliar itu. Rinciannya, setiap bunga plastik seharga Rp 140 juta, sedangkan jumlah bunga yang dipasang di taman Alun-Alun Tugu itu mencapai 34 buah. "Anggaran tersebut lebih baik untuk menambal jalan atau menumbuhkan ekonomi kreatif," katanya.
Menanggapi petisi tersebut, Wali Kota Malang Mochamad Anton mengatakan bahwa ada lebih banyak warga yang menyukai bunga-bunga plastik tersebut. Terbukti, katanya, setiap malam banyak warga berkunjung untuk menikmati keindahan lampu warna-warni. "Banyak juga yang berfoto bersama, selfie di depan bunga," kata Anton di Balai Kota Malang, Senin 18 Mei 2015.
Apalagi, dia mengklaim, ornamen taman tersebut juga banyak diadopsi di kota lain seperti Batu dan Tasikmalaya. Anton mengaku tak akan menanggapi isi petisi tersebut. Menurutnya, "Lebih banyak warga Malang yang mendukung dari pada yang menolak bunga-bunga itu."
EKO WIDIANTO