Ada empat titik jangkar pengikat tali yang dijaga enam orang untuk mengawasi kondisi cengkeramannya. Jangkar ini berfungsi mengikat tali yang menarik tandu untuk mengangkat tubuh Erri. "Satu orang akan turun ke kawah merapi dengan bekal tabung oksigen yang berfungsi 15 menit," kata Martin.
Dia mengimbuhkan puluhan relawan penyelamat lainnya akan menarik tali dari pinggiran kawah. Jangkar sudah dilengkapi dengan perangkat holling set yang mencegah tali mulur kembali setelah ditarik.
Strategi ini memang memiliki risiko karena kondisi dinding kawah yang terdiri dari batuan rapuh. Selain itu, suhu di dalam kawah lumayan tinggi dan ada kemungkinan mengeluarkan gas beracun sewaktu-waktu sehingga relawan penyelamat butuh tabung oksigen. "Tapi, cuaca sedang bagus dan catatan seismograf tidak menunjukkan gejala ada getaran kuat," Martin menjelaskan.
Sampai Senin pagi, menurut Martin, tim penyelamat masih bekerja memasang perangkat yang dibutuhkan untuk mengangkat tubuh Erri. Mereka juga terus berhitung untuk menentukan metode paling aman dalam proses evakuasi ini.
Wakil Rektor Bidang III, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Sigit Widiarto mengaku mendengar kasus kecelakaan yang dialami Erri pada Sabtu malam. Kampusnya telah mengirim bantuan logistik dan relawan penyelamat dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Palawa. "Perwakilan kampus hari ini juga menemui keluarga Erri," kata dia.
Sigit mengatakan Erri mendaki Puncak Merapi atas inisiatif sendiri. Dia berangkat bersama teman-temannya sebanyak lima pendaki. Empat di antaranya merupakan teman Erri semasa SMA. Sedangkan satu pendaki lain ialah teman kuliah satu jurusan dengan Erri. "Namanya, Theophilus Diki," kata Sigit.
Mereka berangkat mendaki saat liburan akhir pekan pada Sabtu kemarin. Hanya Erri dan Diki yang bisa mencapai Puncak Merapi sedangkan rekannya yang lain kelelahan di bawah. "Mereka bukan mahasiswa dari UKM Pecinta Alam," kata Sigit.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM