Pembacaan Kitab Klasik: Tafsir Al-Ibriz
Istighosah yang diadakan di Pesantren Al-Itqon, Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah ini unik. Pengajian diawali dengan istighosah sekitar 10 menit. Setelah itu membaca ayat demi ayat Al-Quran melalui kitab klasik yang begitu populer di seantero pesantren Jawa: Tafsir Al-Ibriz.
Kitab ini ditulis Kiai Bisri Mustofa, pendiri Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Bisri Mustofa adalah ayahanda Kiai Cholil Bisri (almarhum) dan Kiai Mustofa Bisri.
Buku tafsir itu menggunakan huruf Arab pegon. Bahasanya Jawa tapi ditulis dalam huruf Arab, atau huruf Arab-Jawi. Cara membacanya pun khas agar orang tak sekadar tahu arti kata per kata. Membacanya sekaligus bisa belajar memahami nahwu-shorof alias tata bahasanya.
Ini contohnya: “Bismillahi kelawan nyebut asmane Allah; Arrohmani kang welas asih ing dalem dunya; Arrohiimi kang welas asih ing dalem dunya akhirat; Alhamdu utawi sekabehane puji; Iku lillahi kagungane Allah; Robbil alamina kang mangerani wong ngalam kabeh....”
Tafsir Al-Ibriz ditulis dengan huruf Arab pegon dalam bahasa Jawa pesisir atau bahasa Jawa rakyat jelata. Penulis beralasan agar mayoritas pengunjung bisa mudah memaham isi Al Quran. Memang, ribuan orang dari Demak, Jepara, Kudus, Pati, Ungaran, Salatiga, dan Kendal berbondong-bondong menghadiri istighosah di Pesantren Al-Itqon, Pedurungan, Semarang.
Selanjutnya >> Tabloid Cahaya Nusantara