TEMPO.CO, Bangkalan - Hasil penelitian Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tananaman Jawa Timur menyebutkan hama keong emas yang menyerang 101 hektare area tanaman padi di tiga dusun di Desa Burneh dan Langkap, Kecamatan Langkap berasal dari Desa Kramat, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan.
Koordintor Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Jawa Timur, Agus Irianto, mengatakan penelitian itu didasarkan pada fakta bahwa ratusan hektare sawah di Kramat pada 2012 pernah diserang hama keong emas hingga menyebabkan puso atau gagal panen. "Migrasi hama keong emas sejauh 15 kilometer dari Kramat ke Burneh butuh waktu tiga tahun," ucap Agus Irianto, Sabtu, 16 Mei 2015.
Meski serangan hama tersebut di Kramat telah lama lewat, keong emas tetap bisa bertahan hidup karena ada pola yang salah dalam penanganan yang dilakukan warga setempat. Letak kesalahannya, menurut Agus, setelah dipungut dari sawah, keong emas tidak langsung dimusnahkan tapi malah dipelihara. "Ini mungkin yang menyebabkan keong emas bisa bermigrasi," ujarnya.
Aziz, 45 tahun, warga Kramat, membenarkan hasil penelitian Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman. Anak-anak di Kramat saat itu memang memelihara keong emas dari sawah karena bentuknya unik. Keong lalu disimpan dalam bingkai dan dijadikan hiasan dinding. "Telurnya yang merah muda malah ditetaskan di kolam kecil. Saat sudah bosan, keongnya dibuang begitu saja," tutur Aziz.
Tim Pengendali menduga, karena dibuang begitu saja, keong emas itu bermigrasi mencari kawasan lembap. Agus Irianto menilai Kecamatan Burneh sangat cocok menjadi habitat keong emas karena merupakan daerah dengan kawasan pertanian terbesar di Kabupaten Bangkalan. "Keong emas ini menyerang Dusun Bimas, Karang Anyar, dan Telaga Nangka," katanya.
Kepala Bidang Produksi Padi dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan Geger Heri Susianto mengklaim serangan keong emas di Burneh dan Langkap sudah surut. "Sudah terkendali," ucapnya.
Namun, untuk mengantisipasi, Geger minta petani lebih proaktif mengadakan pertemuan dengan mantri tani dan petugas unit pelaksana teknis pertanian, agar masalah-masalah yang dihadapi petani, termasuk serangan hama, cepat tertangani.
"Catatan kami, ada 101 hektare persawahan terdampak keong emas. Tujuh hektare terserang dengan status serangan ringan dan 94 hektare berstatus terancam hama," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI