TEMPO.CO, Sidoarjo - Ketua Pengurus Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jawa Timur, Sunandar, sedang menangani delapan kasus sengketa buruh dan perusahaan ketika bahan peledak diletakkan di atas kap mobil di rumahnya di Prambon, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan yang dihasilkan mengakibatkan rumah, garasi, dan sebagian atap rumahnya rusak pada Selasa dinihari, 12 Mei 2015.
Sunandar mengatakan, delapan kasus itu tersebar di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Kediri. Satu di antara delapan kasus itu, kata dia, sempat memanas dan belum menemukan solusi dengan pihak perusahaan terkait. “Namun kami belum berani menduga bahwa perusahaan itu pelakunya (teror ledakan),” kata dia, Kamis, 14 Mei 2015.
Menurut Sunandar, perusahaan itu menskors 21 pekerjanya tanpa alasan yang jelas. KSPI menuntut mereka untuk segera dipekerjakan kembali. Kalau tidak, mereka meminta perusahaan membayarkan uang pesangon kepada 21 buruh itu. Mediasi tak membuahkan hasil, tuntutan itu lalu diserukan lewat unjuk rasa tiga hari berturut-turut, yaitu 7-9 April 2015. “Selama demo itu, perusahaan off,” ujar dia.
Kepala Polsek Prambon, Ajun Komisaris Nadzir, juga membenarkan adanya keterangan bahwa korban sedang menangani beberapa kasus tentang buruh di Jawa Timur. Termasuk, dalam satu kasus di antaranya, korban "bermasalah" dengan pihak perusahaan. “Namun kami masih belum berani beranggapan dan menduga-duga karena kasus ini masih dalam penyelidikan,” kata dia.
Polisi, kata Nadzir, telah memeriksa enam saksi, mulai dari tetangga korban hingga korban sendiri. Ketika ledakan terjadi, Sunandar sedang berada di luar kota.
Mereka yang dimintai keterangan antara lain Muji, Sugeng, dan Sadimon, tetangga yang mengetahui adanya dua orang tak dikenal mengintai rumah korban. Penyidik juga meminta keterangan dari satu pengurus KSPI Jawa Timur, Teguh, untuk melengkapi keterangan pekerjaan Sunandar setiap harinya. “Kami minta keterangan dari pengurus KSPI karena barangkali ada motif yang mengerucut ke sana,” ujar Nadzir.
MOHAMMAD SYARRAFAH