TEMPO.CO, Bengkulu - Warga enam desa di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, sangat mendambakan listrik negara yang dibangun oleh pemerintah. Oleh karena itu masyarakat berharap PLN Wilayah Bengkulu segera menerangi salah satu pulau terluar Indonesia itu.
“Kami berharap PLN Bengkulu bisa membangun penerangan di Pulau Enggano, agar kami bisa merasakan penerangan seperti masyarakat lain,” kata Kepala Desa Banjar Sari, Julian Sinus, saat dihubungi, Senin, 11 Mei 2015.
Julian merasakan pemerintah selama ini sama sekali tidak memperhatikan mereka. Meski Indonesia sudah lama merdeka, sedikit sekali pembangunan yang menyentuh Enggano. “Kami berharap tidak ada pengecualian. Perhatikan pula kami di pulau terluar dan terpencil ini,” ujar Julian.
Padahal, kata Julian, di pulau dengan luas 40 ribu kilometer persegi ini terdapat 2.760 orang dan 843 keluarga di enam desa. Bukan hanya persoalan listrik, kondisi infrastruktur jalan di desa ini juga sangat memperihatinkan.
“Kami sangat jauh tertinggal dari daerah lainnya, bukan hanya soal penerangan, namun jalan dan fasilitas lainnya juga tertinggal sehingga kami selama ini seperti anak tiri di republik ini,” ujar Julian.
Sementara ini warga Enggano sangat tergantung dengan listrik tenaga surya. Hanya saja kapasitasnya sangat terbatas. Menurut Julian, listrik di desa mereka biasanya hidup mulai pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB. Setelah itu, kata Julian, seolah tidak ada kehidupan di Enggano.
Kepala Cabang PT PLN Bengkulu Jony Pagaralam mengatakan pihaknya pernah mengusulkan pembangunan solar cell komunal ke Kementerian ESDM pada 2012. Hanya saja sampai sekarang belum ada kejelasannya untuk masyarakat Enggano.
“Kami juga pernah survei calon pelanggan dan rencana jaringan pada tahun 2013,” kata Jony.
Selain itu Jony mengatakan juga telah mengusulkan ke kementerian sebanyak 1 megawatt untuk masyarakat Enggano. Pertimbangannya keluarga yang mencapai lebih dari 800 di enam desa di Kecamatan Enggano.
PHESI ESTER JULIKAWATI