TEMPO.CO, Surabaya-Menjelang pelaksanaan Kongres IV Partai Demokrat pada 11-13 Mei 2015 di Hotel Shangri-La, Surabaya, baliho Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan pesaingnya, I Gede Pasek Suardika, betebaran di jalan-jalan protokol kota.
Baliho tersebut terpampang sejak masuk Kota Surabaya di Jalan Ahmad Yani hingga ke lokasi kongres di Jalan Mayjen Sungkono. Baliho SBY bak "perang terbuka" dengan bekas politikus Partai Demokrat yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah itu. Sebab di mana ada baliho SBY di situ ada baliho Pasek.
Ketua Jaringan Nusantara, Farhan Efendi, selaku organisasi kemasyarakatan pecinta SBY mengecam baliho Pasek. Dia menilai pemasangan baliho Pasek memperkeruh suasana menjelang kongres. Menurutnya, Pasek tidak layak menjadi Ketua Umum Partai Demokrat karena kurang memiliki kualitas dalam berpolitik, miskin pengalaman dan hanya mengandalkan provokasi.
“Situasi ini (pemasangan baliho Pasek) memperkeruh suasana menjelang kongres,” kata Farhat disela-sela diskusi bertema Dukung SBY untuk Selamatkan Demokrat di Hotel Satelit Surabaya, Ahad, 10 Mei 2015.
Menurut dia, perang baliho itu menunjukan bahwa SBY lagi-lagi diguncang dan dipojokkan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki kualitas dalam berpolitik sembari berlindung di balik kebenaran demokrasi yang berujung pada politik kotor. "Politisi busuk dan penyuka permainan kotor ini menjadi pemecah, merusak dan mengerdilkan Partai Demokrat," ujarnya.
Farhan mengajak kepada semua elemen kader Demokrat dan seluruh pecinta SBY untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, soliditas serta keutuhan partai Demokrat. "Kemenangan Demokrat harus menjadi fakta politik di 2019,” katanya.
MOHAMMAD SYARRAFAH