TEMPO.CO , Padang: Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, akan mengembangkan tanaman obat karena pengobatan tradisional dengan ramuan tanaman obat sudah lama digunakan di Mentawai. Mentawai memiliki kekayaan pengetahuan obat tradisional karena adanya sikerei atau dukun pengobatan tradisional yang selama ini dikenal sebagai ahli pengobatan di Mentawai.
“Kami sudah mengirim seorang dokter untuk pelatihan saintifikasi jamu ke Tawangmangu, kemudian mengumpulkan hasil penelitian tanaman obat yang digunakan sikerei yang akan dibahas dalam lokakarya bersama peneliti dari Universitas Andalas dan dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan pada Senin besok,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar, Sabtu, 9 Mei 2015.
Lahmuddin sedang memulai mengembangkan tanaman obat. Pemanfaatan tanaman obat tradisional tersebut tetap melalui proses ilmiah di bawah bimbingan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Jawa Tengah dan ahli tanaman obat dari Universitas Andalas.
Lahmuddin menargetkan dalam tahun ini sudah berdiri satu klinik herbal percontohan di Puskesmas Sioban, Pulau Sipora. Pemerintah Kabupaten Mentawai akan menggandeng Universitas Andalas yang selama ini telah meneliti tanaman obat yang digunakan sikerei di Mentawai.
“Nantinya tumbuhan obat yang berkhasiat ini akan dijadikan jamu dan digunakan di Puskesmas di Mentawai. Kami ingin menjadi tempat pengobatan herbal khas Mentawai, terbuka peluang orang akan berobat ke Mentawai ketika putus asa dengan pengobatan modern dan mencari alternatif ke pengobatan tradisional,” kata Lahmuddin.
Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa mengatakan sebelum pengobatan modern masuk ke Mentawai, sikerei menjadi andalan masyarakat untuk pengobatan. Bahkan hingga sekarang masyarakat pedalaman di Pulau Siberut dan Sipora masih berobat kepada sikerei selain ke poliklinik desa atau puskesmas. Karena itu sikerei memiliki ratusan ramuan untuk mengobat berbagai jenis penyakit.
“Sikerei itu luar biasa, berbagai jenis penyakit ada obatnya, bahkan untuk pengobatan patah tulang, pengobatan yang dilakukanseorang sikerei sangat manjur,” kata Rijel Samaloisa.
Ia mengatakan, selama ini sikerei mengambil tanaman obat dari hutan-hutan di Mentawai. Namun hutan di Mentawai sudah puluhan tahun ditebangi sejumlah perusahaan, sehingga mengakibatkan ribuan hektare hutan alam habis.
Bahkan ada Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terus diperpanjang seperti PT Minas Pagai Lumber mendapat izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dari Menteri Kehutanan sejak Oktober 1995 seluas 83.330 Ha di Pulau Pagai Selatan untuk jangka waktu 20 tahun. Kemudian diperpanjang dua tahun lalu untuk masa 45 tahun.
Selain itu juga ada HPH PT Salaki Summa Sejahtera dengan izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Menteri Kehutanan sejak Oktober2004 seluas 48.420 ha di Pulau Siberut bagian utara untuk jangka 56 tahun.
“Masih ada perusahaan kayu lainnya yang berusaha memperpanjang izinnya kembali pada pemerintah pusat, tetapi bagi saya lebih baik hutan di Mentawai dikembangkan untuk tanaman obat,” kata Rijel.
FEBRIANTI