TEMPO.CO, Banyuwangi–Muara Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terbukti tercemar limbah industri dan domestik. Namun, Pemerintah Banyuwangi menyangkal bahwa pencemaran tersebut sebagai penyebab utama kematiaan massal ikan pada 16 April 2015.
Hal itu sesuai hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi yang menunjukkan kualitas muara tidak sesuai Surat Keputusan Menteri Lingkungan hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Muku Air Laut.
Badan Lingkungan Hidup memakai dua parameter, yakni fisik berupa jumlah padatan terlarut atau total suspend solid (TSS). Selain itu juga parameter kimia berupa jumlah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan bakteri pengurai atau Biological Oxygen Demand (BOD).
Dari hasil uji laboratorium, diketahui jumlah padatan terlarut di muara Pantai Boom mencapai 33,5 milligram per liter. Jumlah tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 20 milligram per liter. Sedangkan jumlah BOD sebanyak 110 milligram per liter, melebihi baku mutu lingkungan yang hanya 10 milligram per iter.
Pelaksana tugas Kepala Badan Lingkungan Hidup Husnul Khotimah mengatakan tingginya TSS menjadi indikator ada zat padat yang tidak bisa terurai oleh mikroorganisme. Air laut yang keruh menghalangi sinar matahari masuk ke laut sehingga kadar oksigen menjadi rendah.
Husnul mengakui muara Pantai Boom memang menjadi buangan limbah. Mulai limbah rumah tangga, pabrik kertas dan limbah rumah sakit. “Jadi penyebab pencemarannya komprehensif,” kata dia, Jumat, 8 Mei 2015.
Namun, menurut Husnul, hasil uji laboratorium tersebut belum bisa menjawab sebagai penyebab kematian massal ikan pada 18 April 2015. Sebab buangan limbah domestik sudah berlangsung lama. Sedangkan operasional pabrik kertas sudah berhenti sementara sejak Februari 2015.
Kepala Seksi Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi Edy Widiantoro menjelaskan tingginya tingkat kekeruhan di muara bisa disebabkan oleh sampah atau aliran sungai yang membawa material tertentu.
Seharusnya, kata dia, parameter pengujian tersebut dilengkapi dengan pengujian kandungan racun dan amoniak. Sebab kematiaan massal ikan dalam waktu cepat, biasanya dipicu oleh racun. “Tetapi pengujian racun hanya ada di Semarang,” kata dia.
Edy belum mengetahui persis apakah akan ada penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab matinya ikan tersebut atau tidak. “Belum ada informasi lanjutan,” kata dia.
Pada 16 April lalu, nelayan di sekitar Pantai Boom dikejutkan dengan matinya ribuan ikan di muara. Ikan yang mati adalah jenis belanak, bandeng, kepiting, dan udang. Dinas Perikanan dan Keluatan serta Badan Lingkungan Hidup kemudian mengambil sampel untuk menguji kondisi muara tersebut.
IKA NINGTYAS