TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara belum berhenti mengeluarkan letusannya. "’Saat ini lontaran batu pijar dan awan panas masih terus berlangsung,"’ kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jum’at malam, 8 Mei 2015.
Menurut Sutopo, awal letusan terjadi Kamis siang, 7 Mei 2015. Guguran lava pijar yang menimbulkan awan panas dan debu keluar dari mulut gunung.
Awan panas meluncur ke sisi timur sejauh empat kilometer dan dilaporkan empat rumah warga yang berada di Kampung Kora-Kora Kelurahan Bebali Kecamatan Siau Timur, rata dengan tanah. Akibat bencana ini 465 orang penduduk mengungsi.
Pada Jumat pagi, 2015 terjadi satu kali luncuran awan panas dengan jarak luncur 2,5 kilometer. Luncuran awan panas mengarah ke selatan pusat letusan atau mengarah ke Kali Kahetang dan Kali Awang.
Pengungsi tersebar di tiga titik lokasi. Pengungsi berasal dari Kelurahan Bebali Kecamatan Siau Timur yang berada di radius lima kilometer dari puncak kawah. Pengungsi tidak membawa barang apa-apa karena kejadian mendadak.
Memang, masyarakat sudah terbiasa dengan letusan Gunungapi Karangetang. ‘’Namun letusan dengan awan panas kemarin adalah yang besar sehingga masyarakat langsung mengungsi,’’ ujarnya.
Sejak meletusnya Gunung Karangetang, tidak ada kenaikan status gunung. Status tetap siaga (level III). Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan rekomendasi agar warga tidak mendekati Karangetang dalam radius empat kilometer dari kawah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) telah memberikan pelayanan kebutuhan dasar bagi pengungsi. Pendataan masih dilakukan dan kebutuhan mendesak adalah masker, lauk pauk, pakaian, selimut, makanan bayi, dan alas tidur.
SUPRIYANTHO KHAFID