TEMPO.CO, Yogyakarta - Misteri pembunuhan alumnus UGM, Eka Mayasari, 27 tahun, belum terpecahkan. Kepolisian Resor Kota Yogyakarta belum mampu mengerucutkan tersangka pembunuh Eka Mayasari, 27 tahun, alumnus Universitas Gadjah Mada di warung angkringannya, Sabtu, 2 Mei 2015.
Andriyanto, tetangga kios korban yang membuka kios bengkel sepeda motor, menyatakan warung angkringan milik Maya memang ramai pelanggan. Warung itu buka malam hingga pagi. Saat korban ditemukan, kompor gas masih menyala. Selain itu, ada gitar yang rusak, seperti dibakar. "Kemungkinan gitar itu untuk memukul korban karena juga ada bekas terbakar," kata dia, Rabu, 6 Mei 2015.
Polisi sendiri kini sudah memeriksa sepuluh orang saksi. “Kami akan meminta keterangan banyak orang agar dapat menemukan titik terang motif pembunuhan dan pelakunya," kata Kepala Polres Kota Yogyakarta Ajun Komisaris besar Kasim Akbar Bantilan, kemarin.
Eka Mayasari, yang biasa dipanggil Maya, alumnus DIII Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya, ditemukan tewas mengenaskan pada Sabtu, 2 Mei lalu. Penemunya adalah adiknya. Mayat Eka ditemukan pada petang hari di kiosnya, di Janti, Karangjambe, Banguntapan, Bantul, dengan luka di kepala dan kondisi setengah telanjang.
Polisi menyita barang-barang milik korban, seperti kaus, sepatu, tas, telepon selular, baju dan seprei. Penyidikan dilakukan serius karena tindak kriminalisasi ini sudah menganggu kedamaian dan keistimewaan Kota Yogyakarta.
Ada dugaan pembunuhan itu bermotif pencurian dengan kekerasan. Sebab, banyak barang milik korban yang hilang, yakni dua buah telepon selular, buku tabungan, kartu anjungan tunai mandiri, dan sejumlah uang hasil usahanya. Selain itu, diduga ada tindak kekerasan seksual oleh pelaku sebelum akhirnya Eka dibunuh.
MUH SYAIFULLAH