TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, mengungkapkan tiga indikator yang harus dipertimbangkan Presiden Joko Widodo sebelum memutuskan merombak kabinet atau reshuffle.
Pertama, menurut Gun Gun, Presiden harus melihat indeks performa kinerja para menteri. "Presiden harusnya sudah punya data menyangkut menteri mana yang performansinya baik dan mana yang tidak," kata Gun Gun saat dihubungi Tempo pada Rabu, 6 Mei 2015.
Indeks performa kinerja memuat indikator apa saja yang menentukan baik-buruknya prestasi. Walau baru enam bulan menjabat, ujar Gun Gun, performa menteri sudah bisa dinilai dari berbagai indikator riil.
Kedua, Jokowi harus mempertimbangkan opini publik sebelum merombak kabinet. Gun Gun menuturkan opini publik dapat dilihat dari media sosial. "Presiden setiap hari dapat melihat menteri mana yang banyak dapat sorotan tajam dari publik," ucapnya.
Opini publik ini dapat dicocokkan dengan nilai indeks performa kinerja, agar semakin terlihat menteri mana yang layak diganti atau dipertahankan.
Ketiga, Gun Gun mengingatkan Jokowi agar tidak merombak kabinet karena faktor tekanan partai politik. Merombak kabinet, ujar dia, harus dilakukan karena kebutuhan. "Bukan karena ada orientasi untuk mengocok ulang jatah dan mengakomodasi kepentingan partai politik."
Gun Gun berpendapat, tak ada salahnya Jokowi merombak walau kabinet baru enam bulan berjalan. Demi mencapai target kerja, Jokowi bisa saja mencopot menteri yang tidak sesuai. Namun hal ini harus dilakukan secara transparan.
Wacana merombak kabinet mengemuka setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla membenarkan akan ada pergantian menteri dalam beberapa waktu mendatang. Namun Istana membantah omongan itu.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA