TEMPO.CO, Malang - Polisi memeriksa enam saksi atas kecelakaan kereta api saat berfoto selfie di Jalan Kolonel Sugiono, Gang 9, Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Korban tewas akibat tersambar kereta tersebut adalah Alifia Fahmapratiwi, 14 tahun, siswi SMP Negeri 7 Kota Malang. Dugaan awal, korban tersambar kereta karena didorong temannya.
"Penyidik belum menyimpulkan korban tertabrak karena didorong atau terlambat menghindar," kata Kepala Kepolisian Resor Malang Kota Ajun Komisaris Besar Singgamata, Selasa, 5 Mei 2015. Penyidik akan mencari bukti dan meminta keterangan saksi. Penyelidikan sempat ditunda lantaran teman korban syok.
Polisi sempat melakukan olah tempat kejadian perkara. Saat kejadian, Minggu, 3 Mei 2015, Alifia bersama Muryati, teman sekolah sekaligus tetangga korban, berjalan di atas rel menuju Taman Rekreasi Kota. Mereka memilih berjalan kaki sejauh 2 kilometer. Sepanjang jalan, mereka sesekali berhenti untuk duduk kemudian berfoto bersama.
Mereka bermain telepon seluler dan berfoto bersama. Di tengah jalan, mereka bertemu dan berkenalan dengan tiga laki-laki sebaya. Mereka sempat mengobrol dan bertukar nomor telepon. Saat mengobrol tersebut, kereta Gajayana melintas. Kereta menyambar kepala Alifia hingga korban terpental sejauh 5 meter.
Salah seorang saksi mata, AG, 14 tahun, melihat lengan Alifia dipegang bocah lelaki yang baru dikenalnya. Namun dia tak bisa memastikan bocah lelaki itu karena tak melihat wajahnya secara jelas. Saat kejadian, AG tengah memotong rumput dan berjarak 25 meter dari lokasi kejadian. "Saya sudah memperingatkan agar menjauh dari rel," kata AG.
Sedangkan setelah mengetahui Alifia tersambar kereta, tiga bocah yang baru dikenalnya itu kabur. Orang tua Alifia, Arif Purnomo, yang mendapat kabar soal peristiwa itu belum tahu pasti kronologi tewasnya korban. Sebab, informasi yang dia terima tentang kecelakaan itu berbeda-beda. Informasi pertama menyebutkan Alifia didorong teman yang baru dikenal. Yang kedua, Alifia terpeleset saat berfoto selfie. "Kami minta polisi mengusut seadil-adilnya," tutur Arif.
EKO WIDIANTO