TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Unit Perdagangan Manusia Mabes Polri, Ajun Komisaris Besar Ari Darmanto mengatakan kematian Yoseph Sairlela sempat mengganggu penyidikan kasus perbudakan PT Pusaka Benjina Resources. "Sebenarnya minggu depan kami berencana meminta keterangannya," ujar Kepala Unit Pidana Umum Mabes Polri, Ajun Komisaris Besar, Ari Darmanto, Senin, 20 April 2015.
Ari menjelaskan, Yoseph dijadwalkan menjalani pemeriksaan dalam kapasitasnya selaku Koordinator Pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Benjina. Polisi berharap keterangan itu bisa membantu upaya polisi mengungkap kasus perbudakan yang melibatkan orang-orang Myanmar. "Fokus pemeriksaan kami ada pada masalah traficking, bukan ilegal fishing," katanya.
Meski gagal menggali keterangan Yoseph, kata Ari, penyidikan kasus itu hingga terus berjalan. Bagi polisi, penyidikan kasus itu tidak bergantung pada keterangan almarhum. "Yoseph ini kan bukan saksi kunci terkait penanganan kasus trafficking. Dia belum pernah kami periksa," katanya. Untuk saat ini, proses penyidikan masih mendalami keterangan para saksi yang jumlah mencapai ratusan.
Yoseph, 51 tahun, meninggal kemarin siang saat dibawa ke rumah sakit. Kematiannya yang mendadak menjadi tanda tanya besar bagi Kementerian, terutama tim Satuan Tugas Anti-Illegal Fishing, yang sedang mengusut kasus Pusaka Benjina. "Dia mengetahui semua seluk-beluk pengoperasian perusahaan di bawah kelompok usaha Pusaka Benjina, kata Ketua Satgas Mas Achmad Santosa.
Pusaka Benjina diduga menjadi induk semang kapal-kapal eks asing ilegal asal Thailand di Laut Arafura. Grup yang didirikan pengusaha Tex Suryawijaya ini belakangan disorot karena melakukan perbudakan terhadap anak buah kapal asal Myanmar. Dalam wawancara Tempo, Yoseph mengatakan PT PBR kerap memberikan suap kepada petugas. "Tiap kapal pengangkut dapat Rp 4 juta," kata Yosep tiga pekan lalu.
Ari menjelaskan, kasus kematian Yoseph saat ini ditangani Polres Jakarta Pusat di bawah asistensi Mabes Polri. Indikasi serangan jantung yang sempat disimpulkan tim dokter akan diuji kembali lewat hasil otopsi yang hasilnya diperkirakan keluar dua pekan lagi. "Polisi masih terus mendalami apa saja aktivitas almarhum selama tinggal di Jakarta, khususnya menjelang kematiannya" katanya.
RIKY FERDIANTO