TEMPO.CO , Jakarta: Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai ada tiga hal yang harus disusun dengan baik oleh pemimpin negara Asia-Afrika saat konferensi di Indonesia pada 19-24 April 2015. "Jika berhasil bisa membuat geger masyarakat Eropa dan global," ujar Hikmahanto saat berbicara via telepon, Ahad, 19 April 2015.
Menurut Hikmahanto, hal pertama yang harus dilakukan, negara Asia-Afrika harus berembuk bersama menyusun nilai-nilai universal yang sesuai dengan dinamika global saat ini. Dahulu, KAA pertama di Bandung pada 1955 dianggap berhasil lantaran para pemimpinnya sukses menelurkan gagasan yang diterima warga dunia, yaitu menghentikan kolonialisasi.
Sementara, saat ini sebagian besar nilai universal yang diakui masyarakat dunia berasal dari Eropa. Padahal, menurut Hikmahanto, nilai-nilai universal baru dibutuhkan oleh masyarakat global saat ini, karena dapat berfungsi sebagai dasar hukum untuk menyelesaikan konflik antar negara.
Yang kedua, kata Hikmahanto, negara Asia-Afrika harus menyusun konsep melepaskan ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara Barat. Mantan Dekan Fakultas Hukum UI ini mencontohkan negara Eropa yang berhasil maju setelah mendapatkan bantuan finansial dari Bank Dunia selepas Perang Dunia Kedua.
Adapun saat ini, kata Hikmahanto, sebagian besar negara Asia-Afrika masih tergantung pada bantuan Bank Dunia. "Padahal sudah berpuluh-puluh tahun semenjak Bank Dunia mengucurkan bantuan finansial terhadap negara-negara ini," ujarnya.
Terakhir, negara Asia-Afrika harus berkomitmen menyelesaikan konflik di wilayah mereka tanpa campur tangan negara Barat. Meski dirasa sulit, Hikmahanto menilai upaya ini masih bisa ditempuh jika ketergantungan ekonomi negara Asia-Afrika terhadap barat tidak terlampau erat.
ROBBY IRFANY