TEMPO.CO, Rokan Hilir - Ayah penyusup pesawat Garuda Mario Steven Ambarita, Manahan Ambarita, 56 tahun, mengalami serangan jantung saat mendengar anak sulungnya ditangkap petugas Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, lantaran kedapatan menyusup lewat rongga ban Garuda.
"Tubuh saya langsung menggigil, jantung berdegup kencang," kata Manahan saat ditemui Tempo di rumahnya di Jalan Kapuas, Bagan Batu, Rokan Hilir, Riau, Kamis, 9 April 2015. Namun Manahan tidak mendapat perawatan di rumah sakit karena tidak ada biaya berobat. "Hanya ditenangkan di rumah."
Manahan mengaku kaget saat mendengar informasi dari masyarakat bahwa pemuda yang menyusup pada rongga pesawat Garuda adalah anaknya. Setelah dipastikan melalui layar televisi, sontak badannya lemas dan gemetaran. "Selera makan saya hilang," ujarnya.
Manahan mengaku memiliki riwayat sakit jantung sejak dua tahun lalu. Dia tidak kuat mendengar berita buruk, baik yang menimpa keluarganya maupun orang lain. Saat ini Manahan hanya menenangkan diri di rumah. Tubuhnya tampak lemas. Sesekali ia menyeka air mata saat menceritakan niat Mario ingin merantau untuk memperbaiki ekonomi keluarga.
Sejak meninggalkan rumah pada Selasa, 31 Maret 2015, bukannya kabar baik yang dia terima, Mario malah ditangkap petugas Bandara Soekarno-Hatta karena menyusup dalam rongga ban pesawat Garuda. Mario “menumpang” pesawat Garuda dengan nomor penerbangan rute Pekanbaru-Jakarta pada Selasa, 7 April 2015. Mario baru diketahui menyusup setelah keluar dari rongga roda pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Selasa, 7 April 2015, pukul 16.57. Ketika itu, petugas melihat Mario berjalan terhuyung dengan telinga mengeluarkan darah.
RIYAN NOFITRA