TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia, Benny Wijayanto, mengatakan kasus perkelahian dua anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Mustofa Assegaf dan Mulyadi, membuat publik semakin muak melihat kelakuan anggota Dewan.
Kasus ini menambah panjang daftar kelakuan buruk anggota parlemen. “Bisa jadi rakyat semakin marah dan tak percaya kepada para anggota Dewan,” ujar Benny saat dihubungi, Kamis, 9 April 2015.
Menurut Benny, adu jotos antara politikus Partai Demokrat dan politikus Partai Persatuan Pembangunan itu bertolak belakang dengan sikap kehormatan yang melekat pada anggota DPR. Aksi itu juga tak sejalan dengan tugas dan peran legislator dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. “Justru ada kesan mereka lebih mementingkan urusan pribadi dibanding kepentingan masyarakat.”
Benny menilai pertengkaran ini sebagai contoh jelek. Apalagi kekerasan fisik ini terjadi pada tahun pertama masa jabatan anggota DPR periode 2014-2019. Benny berharap adu jotos ini menjadi pelajaran dan tak terulang lagi pada masa mendatang.
Dua anggota Komisi Energi terlibat adu jotos di lorong dekat Sekretariat Komisi Energi di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, 8 April 2015. Pemukulan terjadi di sela-sela rapat kerja antara Komisi Energi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Awalnya Mustofa terlibat debat dengan Mulyadi di ruang rapat. Pemicunya adalah seringnya teguran yang dilontarkan Mulyadi, yang menjadi pemimpin rapat, terhadap Mustofa. Teguran itu terkait dengan durasi pemberian tanggapan Mustofa terhadap penjelasan Kementerian Energi.
Kesempatan waktu berbicara buat Mustofa hanya 3 menit, seperti halnya anggota DPR lain. Namun Mustofa tidak mau berhenti berkomentar meski sudah 10 menit berbicara.
Karena kesal waktu berbicaranya dibatasi, Mustofa geram. Saat Mulyadi meminta izin ke toilet, Mustofa menyusul. Tak berapa lama kemudian mereka berdua bertengkar di luar ruang rapat.
IRA GUSLINA SUFA