TEMPO.CO , Makassar : Penyidik Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar kesulitan mengungkap teror di Kantor Kompas TV Makassar, Jalan Pengayoman Blok F8 Nomor 13, Kecamatan Panakkukang, Senin lalu. Kepolisian belum menemukan petunjuk pasti mengenai siapa pelaku teror yang mengirim paket mencurigakan diduga bom.
Kepala Polrestabes Makassar, Komisaris Besar Fery Abraham, menyatakan pihaknya tengah mempelajari tulisan tangan peneror itu. "Kami pelajari tulisan tangan pelaku yang ada di surat itu. Dari situ, bisa diketahui tulisan itu cocoknya (dibuat oleh anak) SD, SMP atau SMA. Kita akan cari tahu siapa dan dari kelompok mana pelakunya," kata Fery, Rabu, 1 April 2015.
Teror berupa pengiriman paket diduga bom ke Kantor Kompas TV memang disertai sepucuk surat yang bernada mengancam ke seluruh media. Surat itu ditulis tangan dengan tinta hitam. Penulis menggunakan huruf kapital dalam suratnya.
Fery menegaskan penyidik berfokus pada olah TKP dan pengusutan teror itu. Soal koordinasi dengan Markas Besar Polri, termasuk Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror diserahkan ke Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat. Teror ke Kompas TV, kata Fery, menjadi pembelajaran pihaknya dalam mencegah potensi kejadian serupa.
Fery juga mengimbau masyarakat selalu waspada dengan aktivitas mencurigakan di lingkungannya. Bila melihat gerak-gerik mencurigakan dari seseorang, Fery meminta masyarakat segera melapor ke kepolisian terdekat.
Juru bicara Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Endi Sutendi, mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan pelaku teror di Kantor Kompas TV. Keberadaan kelompok Anshor Daulah Makassar yang tertera sebagai pengirim surat teror bersama paket mencurigakan masih ditelusuri. "Kami masih dalami," kata Endi.
Paket mencurigakan itu sendiri dipastikannya bukan bom. Berdasarkan hasil pemeriksaan, bungkusan plastik berwarna hitam itu berisi 4 buah baterai, 4 utas kabel ukuran 10 cm, gulungan bendera merah putih dalam bambu sepanjang 10 cm dan stiker berlambang ISIS. "Itu hanya seolah-olah rangkaian bom. Tapi bukan bom. Tidak ada residu mesiu yang ditemukan," kata Endi.
TRI YARI KURNIAWAN